https://www.elaeis.co

Berita / Pasar /

IPOC 2025

Pasokan Terancam Seret, Pasar Minyak Nabati Siap Masuk Fase Bullish 2026

Pasokan Terancam Seret, Pasar Minyak Nabati Siap Masuk Fase Bullish 2026

Ilustrasi - dok.elaeis


Nusa Dua, elaeis.co - Dunia minyak nabati global diprediksi bakal menghadapi momen panas pada 2026. Permintaan yang melonjak, terutama dari Indonesia dan India, bisa membuat harga minyak nabati meroket. Kekhawatiran utama muncul dari risiko kekurangan pasokan yang tak bisa diabaikan.

Dorab Mistry, analis minyak nabati sekaligus Direktur Godrej International Ltd., memaparkan prospek ini dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 di Nusa Dua, Bali. 

Menurutnya, tren global menunjukkan pasokan minyak nabati semakin ketat, sementara kebutuhan untuk pangan dan energi terus meningkat tajam.

"Pasokan global 2026 tidak aman. Namun outlook harga tetap bullish," kata Mistry, Jumat (14/11). 

Ia juga menyoroti beberapa faktor yang memicu potensi kenaikan harga; hasil panen yang stagnan, minimnya investasi di sektor pertanian, serta permintaan biodiesel yang meningkat pesat di Amerika Serikat, Brasil, dan Indonesia.

Indonesia menjadi pusat perhatian. Implementasi program biodiesel B40 dan rencana naik ke B45 hingga B50, plus mekanisme Domestic Market Obligation (DMO), diprediksi bisa langsung menggerakkan harga CPO global. 

Jika pemerintah membatasi ekspor dengan memanfaatkan DMO, Mistry menekankan, harga minyak sawit bisa langsung melambung.

Namun, ada catatan penting. Percepatan ke B50 tanpa persiapan pasokan yang matang bisa menyebabkan kekurangan minyak sawit domestik. 

Meski begitu, rencana pemerintah membuka izin hingga 600.000 hektar perkebunan baru dianggap sebagai langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pasokan jangka panjang.

Proyeksi harga tetap optimistis. Mistry memperkirakan futures CPO bisa menembus 5.500 ringgit per ton pada kuartal pertama 2026. Saat ini, pasar dianggap oversold, artinya harga sudah turun terlalu dalam dan ada ruang besar untuk rebound seiring tekanan fundamental pasar.

India juga jadi motor permintaan global, dengan total impor sawit diperkirakan mencapai 17 juta ton pada 2026. Stabilitas konsumsi dan kebijakan tarif pro-konsumen membuat Negeri Bollywood menjadi faktor optimisme bagi harga minyak nabati.

Situasi geopolitik, seperti kemungkinan gencatan senjata Rusia–Ukraina, bahkan bisa memicu kenaikan harga minyak bunga matahari. Hal ini memberi peluang bagi minyak sawit dan minyak kedelai memperluas pangsa pasar global.

Mistry menegaskan, kebijakan biodiesel di AS akan menjadi penentu harga utama 2026. Dengan risiko cuaca, pertumbuhan agresif sektor biodiesel, dan ketidakpastian produksi, pasar minyak nabati diprediksi lebih ketat tapi sarat peluang.

"2026 adalah tahun bullish. Bersiaplah untuk harga yang lebih tinggi," tegasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :