https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Minyakita Langka, Ini Tiga Penyebab Versi Petani Sawit

Minyakita Langka, Ini Tiga Penyebab Versi Petani Sawit

Ketua Umum APKASINDO), Dr Gulat Medali Emas Manurung. (Bayu/Elaeis)


Pekanbaru, elaeis.co - Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr Gulat Medali Emas Manurung, mengatakan ada tiga faktor yang menjadi penyebab kelangkaan minyak goreng rakyat atau Minyakita. 

Pertama, kata Gulat, pergeseran konsumsi minyak goreng. Di mana masyarakat yang terbiasa membeli minyak goreng premium beralih ke Minyakita. 

Kedua, berkurangnya pasokan Domestic Market Obligation (DMO) untuk program Minyakita akibat perlambatan permintaan ekspor (ekspor berkurang, karena permintaan luar negeri menurun) dan ketiga, masalah distribusi. 

"Terkait ke pergeseran konsumen, sebenarnya hal yang wajar karena pemerintah ingin membuat Ibu-ibu atau masyarakat ekonomi menengah kebawah bahagia dengan bentuk kemasan minyakita yang menggoda dan kualitasnya sangat bagus," kata dia. 

Sehingga juga menggoda Ibu-ibu yang ekonomi mampu  yang semula pengkonsumsi minyak goreng premium dan beralih membeli Minyakita. 

"Indikator ini adalah menjadi benar karena migor premium malah kelabakan karena gak laku dan terpaksa pesta diskon di pasar-pasar modren," kata dia. 

"Sebenarnya kami sudah pernah usul, supaya kemasannya dibuat agak norak warnanya. Sehingga pembeli Minyakita yang ekonomi mampu akan malu jika membelinya di pasar atau warung karena itu bukan hak nya," tambahnya. 

Kemudian terkait masalah distribusi, menurut Gulat, terdapat peran penting dari Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pengawasannya. 

"Saya pikir cukup diingatkan saja APH-nya, bahwa pengawasan ini adalah bagian dari penilaian kinerja, jika langka minyak goreng rakyat Minyakita di daerah administrasi APH tersebut maka berpotensi dimutasi. Pasti aman, sebab APH sangat menguasai perihal tersebut," ujar Gulat. 

Sedangkan terkait melambatnya ekspor, yang menyebabkan berkurang pasokan wajib bahan baku Minyakita, maka sudah benar kebijakan menambah pasokan dari 300ribu ton menjadi 450 ribu ton atau DMO 50 persen itu. 

"Namun pemerintah juga harus memberi enzim stimulan atau perangsang kepada eksportir olein (minyak goreng) seperti misalnya menurunkan BK (Bea Keluar) bagi yang mampu memasok DMO. Jadi dua hal ini DMO dan ekspor adalah melekat saling berkaitan. Kan gak mungkin eksportir disuruh memasok DMO jika gak ada ekspor mereka," sambungnya.
 

Komentar Via Facebook :