https://www.elaeis.co

Berita / Feature /

'Menyulap' Sungai Kumuh dan Angker Menjadi Kawasan Terpadu

Sisi kiri-kanan aliran Sungai Batang Agam di Payakumbuh sudah berubah wujud dari kawasan kumuh dan angker menjadi pusat sejumlah kegiatan warga kota. (Evi Endri/Elaeis)


BATANG Agam dan kawasan di sepanjang kiri dan kanan aliran sungai sudah berubah bentuk, dari bentangan kawasan yang tidak terurus menjadi kawasan terpadu, tempat berlangsungnya sejumlah kegiatan. 

Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat –tempat berlokasinya sungai itu— dengan sendirinya memiliki kawasan baru untuk pengembangan kota. Kebutuhan terhadap pusat kegiatan baru, terutama di bidang ekonomi, terjawab.

Payakumbuh merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat.  Kota ini berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Bukittinggi atau 120 kilometer dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.  

Kalau dulu sungai dianggap di bagian halaman belakang, persepsi itu pun secara perlahan diangsur berubah, yaitu sungai-sungai –termasuk Sungai Batang Agam—yang ada di Kota Payakumbuh dijadikan sebagai  halaman bagian depan.

Sambangilah kawasan Sungai Batang Agam, yang berlokasi Kelurahan Tanjuang Gadang Sungai Pinago, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, maka terlihat begitu “hidup”-nya kawasan itu sekarang—yang sebelumnya mungkin tidak pernah terbayangkan oleh banyak orang. 

Setidaknya ada sejumlah kegiatan yang sudah menemukan “format”-nya dengan berpusat di kawasan Sungai Batang Agam, seperti di bidang keolahragaan, kuliner, pariwisata, sumber air bersih baru, dan lainnya.

Yang paling menonjol adalah keolahragaan. Di kawasan ini sudah berdiri dan sudah mulai dioperasikan stadion olahraga, gedung olahraga, dan stadion sepakbola. Kegiatan di sejumlah cabang olahraga sudah mewarnai perjalanan hari-hari kawasan itu, karena didukung fasilitas yang lengkap, representatif dan bertaraf internasional.. 

Kegiatan keolahragaan warga yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat, sudah terkosentrasi di kawasan Sungai Batang Agam. Sejumlah kegiatan keolahragaan yang sudah rutin dilakukan warga di kawasan ini antara lain meliputi sepakbola, basket, skate board, sepatu roda, bola voli, dan sejumlah olahraga alam. 

Kawasan Sungai Batang Agam juga sedang tumbuh menjadi destinasi wisata baru di Kota Payakumbuh. Sejumlah objek dan kegiatan kepariwisataan juga sudah bisa dilakukan di kawasan itu. Pada hari libur kawasan itu ramai didatangi pengunjung, baik warga kota atau warga dari sejumlah daerah tetangga.

Sepanjang aliran Sungai Batang Agam Payakumbuh, mulai dari Ibuah, Tanjungpauh, Tanjuanggadang Sungaipinago, Balai Nan Duo, sampai sebagian Pakansinayan, sudah ”disulap” sebagai tempat rekreasi dan tempat wisata baru. 

Di sepanjang Sungai Batang Agam, khususnya di daerah Tanjuang Pauh di Kecamatan Payakumbuh Barat sampai ke Pasar Ibuh juga dilengkapi taman-taman, yang menyajikan tempat yang sangat baik untuk melepas rasa lelah dari beragam aktivitas.

Karena sudah berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru, praktis akan menarik para pelaku usaha untuk menjadikan kawasan Sungai Batang Agam sebagai basis kegiatan usahanya. Usaha kuliner, misalnya, sudah sejak beberapa tahun belakangan sudah mulai dilakukan oleh sejumlah warga kota.

Karena sudah dibenahi dan dinormalisasi, Pemerintah Kota Payakumbuh menjadikan Sungai Batang Agam sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduknya. Ketergantungan sumber air bersih selama ini pada daerah tetangga, Kabupaten Limapuluh, sudah bisa ditekan.

Melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dari Batang Agam atau Water Treatment Plant (WTP) yang sudah mulai dioperasikan PDAM Kota Payakumbuh, terhitung sejak Kamis (04/04/2019) airnya sudah dialirkan ke rumah-rumah penduduk, terutama untuk pelanggan wilayah Barat dan Utara.

Teknologi canggih untuk memfilter air sungai menjadi air layak minum itu dioperasikan setelah menjalani masa uji coba (komisioning) lebih kurang sebulan sejak akhir Februari 2019. Hasil uji coba WTP berjalan lancar, dan mampu menghasilkan debit 100 liter per detik, dan air yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Pemerintah Kota Payakumbuh membangun WTP sejak 2018, sebagai sumber air bersih yang baru selain dari Kabupaten Limapuluh Kota. Selain memenuhi pasokan sumber air bersih, pembangunan WTP merupakan rekomendasi dari BPK bahwa Kota Payakumbuh harus mempunyai sumber air bersih sendiri sehingga tidak tergantung kepada daerah lain. 

Gerakan penghijauan juga sudah sering dilakukan di sepanjang aliran sungai, dengan menanam sejumlah pohon pelindung. Ribuan bibit pohon yang ditanam, selain diinisiasi oleh Pemerintah Kota Payakumbuh, juga merupakan swadaya dan partisipasi warga kota.

Asma Kahar Dt. Asa Dirajo, tokoh masyarakat Payakumbuh, mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Payakumbuh dengan adanya proyek normalisasi Sungai Batang Agam. “Kami berharap dengan terbukanya akses ke Sungai Batang Agam, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” harap Asa Dirajo. 

Kumuh dan Angker

Dulu di sana yang sering tampak adalah pemandangan seperti ini: kawasan di sepanjang kiri dan kanan aliran sungai dipenuhi oleh rumput-rumput liar, atau sejumlah sampah mengapung mengikuti arus air sungai, dan kawasan yang seperti tidak pernah terjamah atau dijamah untuk kepentingan pembangunan, dan lainnya.

Kawasan itu dulu juga sebagai tempat pembuangan kotoran manusia, dipenuhi semak belukar dan rawa-rawa. Terjadi abrasi dan beberapa kali dilanda erosi, kawasan itu ditengarai sering memicu sejumlah bencana, terutama banjir.

Areal itu seakan hamparan kawasan yang tidak bertuan. Padahal, kawasan itu hanya terletak beberapa kilometer saja dari pusat kota. Saban hari warga melewati kawasan itu, yang dipastikan tampak adalah pemandangan yang kurang menyenangkan lantaran hampir tidak ada satu pun yang menarik yang bisa dilihat di kawasan itu.

Tak hanya itu saja, bagi orang tua-tua terdahulu, Sungai Batang Agam terkenal angker. Banyak warga kota yang berpikir dua kali melewati kawasan itu.

Aktifitas masyarakat di daerah aliran Sungai Batang Agam sebelumnya juga telah mengakibatkan penurunan fungsi sungai yang ditandai dengan penyempitan, pendangkalan dan pencemaran sungai. 

Selain juga dipengaruhi oleh debit air sungai yang selalu berubah, kondisi lahan maupun perubahan yang terjadi di alur sungai. Selain itu perilaku negatif masyarakat dan segala aktifitasnya di sekitar daerah aliran sugai ikut memicu terjadinya kerusakan terhadap tebing sungai.

Komentar Via Facebook :