https://www.elaeis.co

Berita / Feature /

Menjemput Asa Dari Kempas Jaya

Menjemput Asa Dari Kempas Jaya

Tedi Susilo bersama Kusno dan Diah Sari Ningtyas saat berada di DPW Apkasindo Riau. Foto: Ist


Pekanbaru, elaeis.co - Kalaulah tubuhnya bisa dibagi dua, bisa saja lelaki 49 tahun ini akan memilih melakukan itu.

Di satu sisi, Tedi Susilo tak kuasa menolak rezeki yang menghampirinya, tahun ini menjadi petugas haji ke tanah suci. Praktis beberapa bulan ke depan Tedi akan berada di sana.  

Di sisi lain, ayah tiga anak ini tak sampai hati meninggalkan anak-anak yang selama beberapa hari belakangan intens dia 'asuh'.

Sebab biasanya, Tedi yang inisiatif mengurusi anak-anak itu mulai dari bimbingan belajar, ujian  beasiswa ke lokasi ujian di SMK Pasir Penyu  Indragiri Hulu (Inhu), hingga mengantar yang lulus ke bandara. 

"Kali ini saya enggak bisa menuntaskan bimbel mereka dan enggak bisa menemani mereka ujian beasiswa. Biasanya bimbel sampai 15 kali pertemuan. Ini baru 6 kali pertemuan," keluh Tedi saat berbincang dengan elaeis.co Minggu (23/6). Suara lelaki ini terdengar bergetar.  

Wajar Tedi merasa sedih seperti itu. Sebab ini kali ketiga Ketua Bidang Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPD-Apkasindo) Indragiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau, ini membikin bimbingan belajar (bimbel) bagi anak-anak yang mau mengadu nasib mendapatkan beasiswa pendidikan sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Beasiswa untuk kuliah perkelapasawitan program D1 atau D3 di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) Cibitung, Bekasi Jawa Barat dan Sekolah Tinggi Perkebunan (Stiper) Yogyakarta.

Bimbel gratis berdurasi 1,5 jam hingga 2 jam itu berlangsung di ruangan berukuran 3,5x9 meter di rumahnya di kawasan kelurahan Kempas Jaya Kecamatan Kempas, Inhil. 

Jadwal bimbel kadang siang, kadang malam. Tergantung kesiapan anak-anak yang akan belajar. "Kami bikin juga grup whatsapp untuk memudahkan komunikasi. Sebab mereka bukan hanya dari Kempas, tapi juga dari Kempas Hulu, Mumpa Tempuling dan Tembilahan. Jadi kapan anak-anak siap, langsung belajar," katanya. 

Apapun yang berkaitan soal kelapa sawit dikupas dalam bimbel itu. Mulai dari apa itu gawangan, berapa batang ideal pohon kelapa sawit perhektar hingga hal-hal teknis seperti bagaimana menghadapi interview, diajarkan oleh jebolan Teknik Teknologi Perkebunan Yogyakarta ini. 

"Dari awal buka pendaftaran beasiswa BPDPKS, saya membikin bimbel itu. Ini bermula dari kekhawatiran saya terhadap anak-anak yang akan kesulitan menjawab pertanyaan ujian beasiswa nanti. Sebab mereka kan anak-anak lulusan SMA/SMK yang sama sekali tak mengerti apa itu kelapa sawit. Nah, biar mereka lebih terbantu, saya bikin lah bimbel itu," cerita Tedi. 

Awal muncul beasiswa BPDPKS, tak mudah bagi Tedi untuk meyakinkan banyak orang kalau beasiswa itu ada. Banyak orang yang was-was dan malah ada yang ngomong, "Jangan-jangan nanti anak kita dijual Pak Tedi ke Jawa," Tedi menirukan omongan orang yang mencemooh itu.  

Meski didera oleh omongan miring, Tedi tak ambil pusing. Dia terus door to door mendatangi anak-anak yang akan dan sudah taman SMA/SMK untuk ikut test beasiswa. "Ngasi tau cuma lewat WA, enggak efektif, musti turun langsung ke lapangan," ujar Tedi.

Sepanjang upaya Tedi mensosialisasikan beasiswa tadi, dia didukung terus oleh istrinya, Aprida Iriani yang guru di SMA Dharma Pendidikan Kempas. Iriani mensosialisasikan beasiswa tadi di sekolah dan malah sangat senang saat Tedi membuka bimbel gratis itu.   

Tedi kemudian merinci, tahun pertama test beasiswa, dari 14 orang yang ikut, 9 orang lulus. Kemudian di tahun kedua, dari 7 orang yang ikut test, 2 orang lulus. "Tahun ini Insya Allah 25 orang yang akan mendaftar. Dan sekarang sudah 5 orang yang resmi mendaftar," rinci Tedi.  

Perlahan, jeri payah Tedi tadi mulai membuahkan hasil. Enam orang yang sudah lulus dari kampus beasiswa, sudah bekerja. 

Lalu yang masih kuliah, semuanya punya nilai sangat bagus. Kusno yang di CWE misalnya, Indeks Prestasi (IP)nya 3,66. Lalu Diah Sari Ningtyas di Stiper dengan IP 3,44.  

"Satu lagi yang di Politeknik Perkebunan LPP Yogyakarta, IP nya juga 3,44. Namanya Muhammad Rizki, D3 Teknik Kimia Pengolahan. Dia juga kuliah beasiswa BPDPKS," cerita Tedi. 

Kini, Tedi sudah tak sesulit dulu lagi untuk menggembar-gemborkan beasiswa kuliah tadi ke masyarakat. Sebab sudah ada lulusan yang kapan saja bisa diboyong Tedi sebagai bukti. 

"Alhamdulillah. Tak ada usaha yang membohongi hasil. Saya bangga dengan anak-anak yang mau bekerja keras dan kemudian berhasil. Itulah kebanggan tersendiri buat saya, meski mereka bukan anak-anak saya sendiri. Tapi mereka adalah generasi penerus Inhil yang harus lebih maju dan berkembang dari generasi sebelumnya," kata Tedi.  Abdul Aziz

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :