https://www.elaeis.co

Berita / Dewandaru /

Manajemen Jarak Jauh

Manajemen Jarak Jauh

Wayan Supatno saat berada di salah satu sudut kebunnya. foto: dok. pribadi


Beberapa kali saya kedatangan tamu tokoh nasional. Ada yang minta saran pendapat terhadap rencana ingin berbuat sesuatu yang konkret bermanfaat di kampung kelahirannya. Caranya bagaimana. Langkah-langkah konkretnya sejak awal.

Ada pula Menteri yang nitip putranya agar dibentuk menjadi pengusaha agro inovatif. Penuh serius Bapak dan Putranya ingin mewujudkan mimpinya. Semua tergantung yang bersangkutan. Apalagi alumni S2, lebih mudah.

Tapi ada juga yang rutin ke rumah. Katanya ingin jadi pebisnis. Datang berkala sejak 4 tahun silam. Tapi saya kaji ulang, belum mulai juga. Hanya rajin dicatat dan direkam diskusi kami. Lucu sekali. Lalu saya sindir halus.

Di rumah saya. Para petani jumlah puluhan dan industriawan saya jumpakan agar bersinergi. Berhasil. Datang lagi tanya hal "Manajemen Jarak Jauh". Caranya bagaimana. Sulit dibayangkan. Terlalu besar resiko tertipu dan lainnya.

Baca juga: Sepenggal Kisah Para Industriawan Agro Inovatif

Manajemen jarak jauh, bukan hal baru. Apa yang saya lakukan selama ini hanya seujung kuku hitam yang telah banyak dilakukan oleh pihak lain. Saya hanya "latah" saja. Mengamati para pebisnis senior yang matang dan besar sekali.

Kawula muda, kali ini Anda saya ajak. Memposisikan diri jadi seseorang yang telah jadi sangat besar bisnisnya. Nanti kita simpulkan dan diambil ilmu hikmah apa hakikatnya dari rangkaian kegiatan aneh bagi kita, tapi biasa bagi mereka.

Mr A, komoditasnya adalah perusahaan yang mau dijual oleh pemiliknya. Beragam alasannya. Tanpa ikut terlibat teknis karena sudah ada timnya. Diaudit segalanya, cukup 3 hari saja dapat laporan bahwa perusahaan tersebut layaknya harga sekian.

Lalu tim lain lagi, membuat ringkasan jalan pintas agar perusahaan yang dijual tersebut. Jika dibeli dana dari mana, berapa jumlahnya, jika kurang dana bagaimana mengatasinya. Berapa lama dijual lagi dan laba berapa. Tidak pakai bumbu lama, seminggu beres.

Mr B, punya usaha di banyak lokasi. Punya pabrik dan kebun. Masih lagi punya usaha bidang lain lagi. Tiada pernah beliau saat beli kebun ikut mengukur lahannya dan batasnya di mana. Semua dikelola oleh tim yang dibentuk agar bermental tempur.

Begitu juga pada fase pembangunan. Tiada terlibat banyak energi dan waktu di lapangan. Termasuk pembukaan pabrik yang dibangun jadi, tidak usah ikutan tampil. Apalagi ikutan memotong pita, tidak pernah terjadi. Cukup tim saja. Bukan dirinya, orang lain yang dipercaya.

Mr C, punya usaha lain lagi. Pergudangan dan ekspedisi. Fokus dan fokus pada itu saja. Tapi punya banyak cabang. Bisa begitu pesat usahanya karena "bukan" dikelola sendirian walaupun sudah Master Manajemen Bisnis Alumni Pasca Sarjana Kampus Top.

Justru karena master manajemen bisnis lah. Tidak mau melibatkan dirinya ke banyak hal teknis. Karakter dan kapasitas manajerialnya, dinampakkannya beda dengan orang lain. Itu yang selalu jadi komitmennya janji kepada diri sendiri. Harus beda dengan umumnya.

Bahwa manajer yang hebat adalah memiliki banyak manajer, itulah Owner. Agar banyak waktu buat Tuhan, keluarga dan misi sosial kemanusiaan. Urusan bisnisnya dipercayakan manajemen bisnis yang dipercaya. Yang dia bentuk dan bina dengan serius.

"Jangan membuat saya sibuk, jadikan saya pengangguran", itu pesannya ke para manajernya. "Manajer paling berprestasi adalah yang tidak memberikan pekerjaan kepada Ownernya, tapi usaha jalan sesuai rencana" itu pesannya sejak awal.

Ilmu hikmahnya. Jika mau cepat besar bisnisnya harus membentuk tim sukses bisnisnya. Agar tim sukses betah dan produktif, disukseskan juga kesejahteraannya. Sebaliknya, jika tidak percaya kepada tim pengelola bisnis, sama artinya tidak percaya bila bisnisnya "bisa" besar bermanfaat bagi orang banyak.



 

Wayan Supadno
Komentar Via Facebook :