https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Larangan Ekspor Dinilai Kesalahan Indonesia

Larangan Ekspor Dinilai Kesalahan Indonesia

Directory Godrej Internasional Ltd Dorab Mistry. (Syahrul/Elaeis)


Bali, elaeis.co - Penutupan aktivitas ekspor beberapa waktu lalu yang langsung dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dinilai menjadi faktor utama anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit kala itu. Bahkan kebijakan ini dinilai Directory Godrej Internasional Ltd Dorab Mistry, sebagai kebijakan yang kurang tepat yang diambil oleh pemerintah indonesia.

"Pemerintah Indonesia seharusnya tidak melakukan larangan ekspor minyak sawit hingga melonggarkan kebijakan DMO," ujar Dorab dalam gelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2023 Price Outlook di Bali Internasional Convention Center (BICC), tiga hari lalu.

Kala itu, industri kelapa sawit nasional anjlok drastis. Bahkan sejumlah PKS juga berhenti beroperasi lantaran tangki penyimpanan CPO penuh. Sedangkan dampak terbesar adalah para petani kelapa sawit. Dimana ada petani yang membiarkan kelapa sawitnya membusuk lantaran tidak laku dijual.

Kendati begitu, Dorab Mistry mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk menangguhkan pungutan ekspor yang saat ini tengah berjalan hingga akhir Desember 2022 nanti. Sedangkan pajak ekspor harus dipertahankan pada taraf yang rendah dan kebijakan DMO harus dihapuskan.

Menurut Dorab, Indonesia harus punya skenario lain jika perang Ukraina telah usai. Pasalnya permintaan terhadap sejumlah besar minyak biji bunga matahari akan meningkat. Begitu juga produksi rapeseed dan minyak canola pada tahun 2022, mengalami pemulihan besar. 

Minyak canola akan memenuhi pasar domestik Amerika. Sedangkan produksi biji mustard India akan mencatat rekor baru pada tahun 2022-2023. 

Di sisi lain, Brazil juga diperkirakan akan panen lebih dari 150 juta ton minyak kedelai. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi minyak sawit Indonesia.

 

Harga Masih Bergejolak 

Chairman, LMC International Ltd James Fry memperkirakan, tiga  bulan pertama 2023 atau Januari hingga Maret, harga Soybean, Palm, Rapeseed, sunflower dan brent masih akan menguat sebagai dampak permintaan yang tinggi di awal tahun.

"Hanya saja, dibandingkan Soyben, Rapeseed, sunflower, harga palm masih berada dibawah minyak nabati lain dan mengalami fluktuasi tajam dalam waktu yang cukup panjang,” kata James Fry.

Menurut James Fry, gejolak langsung di pasar setelah invasi Rusia ke Ukraina tidak akan berlangsung lama setidaknya dalam mempengaruhi harga minyak mentah dan minyak nabati. 

“Ini tidak diragukan lagi, bahkan setelah reaksi harga baru-baru ini, harga minyak nabati telah menetap jauh di atas level minyak mentah Brent," ujarnya.

Di Asia Tenggara, pajak/pungutan ekspor membuat CPO lokal jauh lebih murah daripada minyak gas. Biodiesel di Indonesia dan Malaysia saat ini sangat kompetitif dengan gasoil, dengan POGO negatif.

Namun demikian, dua negara importir minyak terbesar, yakni India dan Cina, sedang bergerak untuk mencari sumber minyak nabati lain.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :