Berita / Nusantara /
Lahan Sawit Indonesia Tak Perlu Diperluas Untuk Implementasi B50
Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan. (Tangkapan layar)
Jakarta, Elaeis.co - Jika melihat produksi minyak sawit Indonesia tahun 2020 lalu yang mencapai 51,58 juta ton, maka luas kebun sawit Indonesia tidak perlu ditambah untuk implementasi biodiesel B40 sampai B50.
Demikian disampaikan Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan dalam video wabinar Pangan vs Energi: Menelaah Kebijakan BBN di Indonesia yang ditengok Elaeis.co, Rabu (17/11).
Menurut Paulus, dari produksi minyak sawit 51,58 ton tahun lalu itu, Indonesia sudah melakukan ekspor sebesar 66% dan hanya 34% dikonsumsi dalam negeri.
"Dengan jumlah segitu, sebetulnya kita tidak perlu lagi menambah lahan kebun sawit untuk implementasikan biodiesel B40 dan B50. Karena yang diekspor itu juga sudah cukup mengembangkan program biodiesel," kata dia.
Jika dikalkulasikan, dari jumlah minyak sawit yang dihasilkan tahun lalu, baru 7,22 juta ton atau 14 persen yang digunakan untuk bahan campuran biodiesel B30. Sementara yang dikonsumsi dalam negeri hanya 1,69 juta ton untuk industri oleokimia dan 8,42 juta ton untuk bahan industri makanan olahan.
"Nah, kalau harus mengurangi ekspor, ya harus dikurangi lah. Karena kebutuhan dalam negeri yang harus diutamakan. Jadi, lebih baik lah pakai minyak yang diekspor itu untuk biodiesel daripada kita mengimpor BBM," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :