Berita / Jenggi /
Kredo Tuan Smith
ilustrasi. foto: pixabay.com
Kita menemukan dua puncak piramida sejarah dengan angka sama yakni Undang-undang Kasta Hammurabi 1779 SM yang mewakili monarki langit dan perlawanan dari bumi berupa keadilan universal Amerika 1779 M yang mendorong demokrasi dan liberalisme.
Tapi dua tahun sebelum itu, muncul gelombang besar pikiran yang menyapu kedua puncak piramida. Adalah Adam Smith, dalam 1776 M telah meluncurkan kitab The Wealth of Nations yang bahkan mampu menjungkirbalikkan kasta, dan juga sebagai tangan-tangan tak terlihat (invisible hand).
Buku ini barangkali adalah manifesto ekonomi terpenting sepanjang masa. Biarpun di belakang pikirannya ada David Hume dan Baron de Montesquieu, Smith membangun semacam kredo atau kepercayaan untuk dirinya dan kapitalis secara umum bahwa keuntungan saya adalah keuntungan Anda dan akan lebih banyak kue global yang bisa dibagi.
Baca juga: Matinya Ilmu Sejarah
Kata Smith, serakah itu bagus dan dengan menjadi kaya, saya menguntungkan semua orang, bukan hanya saya sendiri. Egoisme adalah altruisme.
Munculnya kapitalisme memberi pembeda yang tegas antara bangsawan yang senang foya–foya dengan pebisnis yang memutar uangnya kembali. Elite kapitalis kemudian menjadi lebih kaya dari pangeran zaman pertengahan.
Bangsawan mengenakan jubah warna-warni dari emas dan sutera serta menghabiskan banyak waktu untuk menghadiri jamuan, karnaval dan turnamen mewah. Sedangkan saudagar kapitalis memakai setelan jas hitam suram seperti sekelompok gagak yang tak punya waktu bersenang–senang.
Jika Hammurabi membangun kasta, lalu Amerika lewat kebebasan universal menihilkannya, kredo Smith justru menjungkirbalikkannya. Seorang kapitalis dari lumpur pertanian bisa naik tahta menjadi raja uang, untuk kemudian menyuruh–nyuruh petinggi korup.
Kapitalisme bermula sebagai teori mengenai bagaimana ekonomi berfungsi. Memberi penjelasan tentang bagaimana uang bekerja dan mendorong gagasan bahwa investasi kembali laba menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Setelah sebelumnya orang–orang percaya bahwa ekonomi adalah sesuatu yang stag dan kekayaan hanyalah untuk dihambur–hamburkan.
Kapitalisme juga mendorong semakin banyak perkembangan sains dan ekspedisi untuk mencari wilayah koloni baru. Karena pada akhirnya kredo Tuan Smith lepas kendali, elite kapitalis sudahpun menjelma menjadi srigala yang percaya bahwa kawanan domba akan terus bertumbuh tanpa batas.
Mereka mungkin melewatkan kitab kedua, Theory of Moral Sentiments, untuk melonggarkan ego sempit para pemburu uang. Hal yang sama juga terjadi ketika umat Karl Marx melewatkan Das Kapital jilid II, yang diduga ikut memperburuk taklid buta pada ajaran komunisme.
Kapitalisme dan imperium berpelukan erat untuk mengeksploitasi Indonesia oleh Belanda dan India yang berada di bawah kendali Britania misalnya. Para manajer dan pemegang saham besar mengendalikan kekuasaan mereka di London, Amsterdam dan Paris dan mereka bisa menyetir negara untuk menjaga kepentingan mereka.
Seorang pebisnis pemula bernama Chistoper Columbus harus bolak balik menghadap raja–raja Eropa agar proposal bisnisnya untuk memulai ekspedisi dibiayai. Columbus mengajukan proposalnya ke raja Portugal, Italia, Perancis dan Inggris tapi semuanya ditolak, hingga akhirnya Ratu Isabella dari Spanyol yang sedang naik daun, bersedia menjadi investor. Di sinilah kemudian di antaranya lahir kapitalisme imperial yang menjadi mimpi buruk bagi tanah Amerika, Afrika dan Asia.
Smith bukan pemicu tunggal, sebab gairah kapitalisme imperial sudah berlangsung ketika koloni Inggris makin menguat di Amerika. Seluruh perekonomian mereka berputar di sektor perkapalan, pergudangan, pembuatan tong dan tali temali.
Tapi industri terbesar mereka sebenarnya adalah sirup gula yang kemudian memicu perdagangan budak–budak dari Afrika. Budak–budak dikapalkan setelah ditukar dengan sirup gula untuk kemudian dipekerjakan di perkebunan tebu. Kegiatan ini terus berlangsung hingga koloni keturunan Inggris di Amerika menjadi senjata makan tuan.
Para patriot Amerika (keturunan puritan dan sekte Pilgrim Inggris) berkumpul di Philadelphia pada 4 Juli 1776, untuk menyatakan kemerdekaan mereka dari hegemoni Imperium Britania.
Mereka menegakkan azas–azas keadilan universal tapi menyuburkan kapitalisme yang memicu ketidakadilan lainnya. Budak–budak Afrika terus diimpor bahkan angkanya makin meningkat. Mereka dirantai lalu dijejalkan ke dalam kabin sempit kapal pengangkut selama 40 hari melintasi Atlantik.
Apa yang paling membuat bergidik ketika itu bagi ras hitam adalah serikat rahasia pemuja supremasi kulit putih bernama Ku Klux Klan. Demi menjaga kemurnian ras, mereka menggantung semua hitam yang berani bermain cinta dengan Kaukasia putih.
Kita tidak akan melihat Obama sebagai presiden setengah hitam Amerika, andai saja kedua orangtuanya berada dalam lintasan waktu dan tempat yang sama dengan Ku Klux Klan.
Kembali pada Kredo Tuan Smith, ia telah menjadi agama baru bagi sebagian besar penduduk dunia. Bahwa sesuatu dapat ditembus dengan uang, bahwa kapitalis yang mengendalikan sistem pemerintahan tidak hanya baru–baru ini saja, tapi sudah ada sejak zaman klasik.
Sebab Smith tak menginginkan pemerintah mengatur ekonomi, tapi itu tidak mudah, sehingga kapitalisme berusaha merangsek masuk ke sistem pemerintahan. Bahwa seluruh sistem politik, demokrasi dan hak azasi manusia telah diatur oleh kekuatan kapitalis.
Smith paling tidak telah dikoreksi oleh Karl Marx, John Maynard Keynes atau Joseph Schumpeter, tapi kapitalisme egosentris selalu keluar sebagai pemenang. Lalu apakah semua itu buruk? Tentu tidak, sebab kapitalisme dan kultus pasar bebaslah yang menyebabkan dunia ini terbangun.
Miliaran tenaga kerja telah terserap di pusat–pusat industri kapitalis. Kapitalisme telah mendorong umat manusia untuk mempersiapkan pendidikan dan skill terbaik. Kota–kota makin megah dan uang terus menggelembung, sampai batas–batas tertentu ia makin tak terkendali.
Sebagai catatan, kapitalisme modern membenci perang. Merekalah yang menjaga agar dunia terus damai. Peperangan hanya menyebabkan penurunan kurva permintaan dan menghentikan mesin–mesin produksi. Merekalah yang menghapus batas–batas negara, dan mengatakan bahwa nasionalisme hanyalah mitos kuno. Dunia terus berubah dalam ketidakpastian dan pertentangan sistem.


Komentar Via Facebook :