Berita / Serba-Serbi /
Konflik Sawit di Bengkulu, 5 Petani Ditembak Sekuriti Perusahaan
Petani dirawat usia ditembak securiti.
Bengkulu, elaeis.co - Konflik agraria di Bengkulu Selatan kembali memanas. Lima petani di Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya, menjadi korban penembakan oleh oknum keamanan perusahaan perkebunan kelapa sawit, Senin (24/11). Peristiwa ini terjadi saat perusahaan hendak mendoser lahan yang diklaim milik warga.
Direktur Eksekutif Walhi Bengkulu, Dodi Faisal, mengungkapkan kronologi tragis tersebut.
"Selama ini konflik agraria antara petani dengan perusahaan sudah berlangsung cukup lama. Hari ini perusahaan mendoser lahan, masyarakat mencoba menahan. Akibatnya, terjadi penembakan oleh oknum pengaman perusahaan," jelas Dodi dalam keterangan resminya.
Kelima korban diketahui bernama Linsurman, Susanto, Edi Hermanto, Suhardin, dan Buyung. Dodi menambahkan, salah satu korban, Datuk Buyung, mengalami luka tembak di dada sebelah kanan. "Petani melihat langsung pelaku penembak adalah keamanan perusahaan. Pistol sudah diamankan warga," ujarnya.
Kasat Reskrim Polres Bengkulu Selatan, Iptu Akhyar Anugerah, mengonfirmasi pihaknya masih menuju lokasi kejadian untuk mengumpulkan bukti.
"Sepengetahuan kami, tidak ada aparat kepolisian yang melakukan pengamanan di lokasi. Kami masih mengumpulkan informasi dan keterangan saksi," kata Akhyar.
Peristiwa ini menambah panjang daftar konflik agraria di Indonesia, khususnya yang melibatkan perkebunan sawit. Lahan petani sering menjadi sasaran ekspansi perusahaan, sementara aparat pengamanan perusahaan justru menimbulkan kekerasan terhadap warga. Aktivis lingkungan dan hak asasi manusia menilai kejadian ini sebagai bukti lemahnya perlindungan hukum bagi petani.
Kasus di Bengkulu ini bukan pertama kalinya petani menjadi korban kekerasan. Data Walhi menunjukkan, puluhan kasus serupa terjadi setiap tahun, sebagian besar terkait sengketa lahan sawit dan tambang.
Penanganan yang lamban oleh aparat menimbulkan ketidakadilan, sementara perusahaan masih bisa beroperasi dengan sedikit pengawasan.
Para korban kini tengah mendapat perawatan medis di rumah sakit setempat, sementara masyarakat menuntut pertanggungjawaban perusahaan.
"Kami meminta aparat menindak tegas pelaku dan menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap warga. Lahan kami bukan untuk digusur sembarangan," kata salah satu keluarga korban.
Tragedi ini kembali menyoroti ketimpangan antara perusahaan perkebunan besar dan petani lokal.
Di tengah janji pemerintah soal reforma agraria, kekerasan terhadap petani masih terus terjadi, meninggalkan luka fisik dan psikologis yang mendalam.
Konflik sawit di Bengkulu kini menjadi perhatian nasional, dengan publik menuntut keadilan dan perlindungan hak-hak petani agar tragedi serupa tidak terulang.







Komentar Via Facebook :