https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Gejolak Harga

Kirim Surat Terbuka, SAMADE Jambi Protes Presiden Jokowi

Kirim Surat Terbuka, SAMADE Jambi Protes Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo. (Sumber Foto: istimewa)


Jambi, elaeis.co - Tekanan demi tekanan dialami para petani sawit swadaya, termasuk di Provinsi Jambi, pascapemberlakukan kebijakan larangan ekspor minyak goreng (migor) dan bahan baku migor yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Situasi ini membuat gerah dan kesal Ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Provinsi Jambi, Suroso.

Sebab, harga tandan buah segar (TBS) dari kebun sawit miliknya dan milik para petani sawit swadaya di jambi anjlok drastis.

Saking kesalnya, ia bahkan membuat surat terbuka kepada Presiden Jokowi.

Dari surat terbuka yang diperoleh elaeis.co, Senin (16/5/2022), ia sampai menguraikan beban ekonomi yang harus ditanggung petani sawit swadaya.

Berikut isi surat dari Ketua DPW SAMADE Jambi, Suroso:

SURAT TERBUKA
Kepada Presiden Joko Widodo

Salam hormat

Dengan ini kami sampaikan bahwa kami petani sawit, tukang panen, buruh angkut, dan tauke kecil atau pengepul menjadi pihak yang sangat dirugikan atas larangan ekspor CPO dan produk turunannya yang mulai diberlakukan sejak 28 April 2022 lalu.

Hal tersebut dikarenakan harga TBS di pabrik CPO berlomba turun sejak 4 hari sebelum larangan ekspor CPO diberlakukan hingga saat ini.

Harga TBS di Provinsi Jambi yang sebelumnya menyentuh angka Rp 3.700 per Kg di tingkat petani, nyungsep menjadi Rp 900 per Kg.

Lebih parahnya lagi, sejumlah pabrik CPO membatasi pembelian TBS petani, sehingga  antre panjang menuju pabrik tak terelakkan.

Pihak pabrik beralasan tangki penyimpanan CPO yang mereka miliki hampir penuh karena CPO sulit dijual.

Bahkan ada pabrik yang menolak TBS petani dengan alasan ada kerusakan mesin hingga masalah teknis lainnya.

Dampaknya, loading ramp tempat petani atau tauke kecil menjual TBS juga membatasi pembelian, bahkan ada yang tidak lagi membeli TBS petani dengan alasan harga dari pabrik sering turun mengejutkan.

Ditambah lagi antre panjang truk TBS menuju pabrik yang bisa memakan waktu 2-3 hari sehingga biaya operasional bertambah dan tonase terjadi penyusutan yang signifikan.

Jika pun masih ada loading ramp yang mau membeli TBS, harganya pun jauh di bawah pabrik. Jika harga di pabrik Rp 1.500 per Kg, maka loading ramp mematok harga Rp 1.200 per Kg.

Sedang harga di tauke/pengepul lebih murah lagi berkisar Rp 900 hingga Rp 0 per kg.

Bahkan tidak sedikit tauke juga tak mau beli TBS petani dengan alasan sulit menjual kembali.

Sedangkan kerugian bagi tukang panen dan buruh angkut adalah tidak lagi punya pekerjaan.

Karena harga murah membuat banyak pemilik kebun menunda masa panen sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Jika kondisi ini dibiar berlarut dalam waktu yang lama, maka akan menjadi kiamat kecil bagi petani sawit.

Dampaknya tidak hanya terjadi paceklik saat ini, tapi hingga 2 tahun ke depan.

Ini dikarenakan kebun sawit tidak lagi terawat karena harga pupuk mencapai Rp 950 ribu per karung isi 50 Kg.

Demikian juga dengan harga racun rumput yang tembus Rp 120 ribu per liter.

Sedangkan harga minyak goreng juga tak kunjung turun. Masih bertahan Rp 24.000 - 25.000 per liter.

Demikian surat terbuka ini disampaikan, mudah-mudahan hati Bapak Presiden dan para menteri terketuk untuk merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 22 Tahun 2022 tentang Larangan Ekspor Produk Sawit sehingga harga TBS sawit kembali normal seperti sediakala mengikuti harga dunia.

Jambi, 15 Mei 2022

TTD

Suroso

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :