https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Kehidupan BHL di Perkebunan Sawit Masih Jauh dari Kata Sejahtera

Kehidupan BHL di Perkebunan Sawit Masih Jauh dari Kata Sejahtera

Pekerja mengumpulkan hasil panen di salah satu perusahaan perkebunan sawit. foto: MC Mukomuko


Bengkulu, elaeis.co -  Buruh harian lepas (BHL) yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu masih jauh dari kata sejahtera.

Ketua Kanopi Bengkulu, Ali Akbar, mengatakan, upah yang diterima oleh BHL di perkebunan sawit rata-rata hanya Rp 67 ribu per hari.

"Kehidupan BHL sangat sulit karena upah yang mereka terima tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Upah Rp 67 ribu per hari itu jauh dari kata cukup," kata Ali saat melakukan siaran langsung melalui saluran Youtube Kanopi Bertutur, Selasa (2/5).

Dia menambahkan, banyak BHL bahkan tidak mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan sosial ketenagakerjaan (jamsostek).

"Padahal itu sangat dibutuhkan. Ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan kerja atau sakit, BHL kesulitan berobat. Ini tentu sangat merugikan mereka," tukasnya.

Dia mendesak pemerintah peka terhadap nasib BHL di perkebunan sawit.

"Harus dipastikan perusahaan sawit melaksanakan semua kewajiban terhadap pekerja. Jangan hanya memikirkan untung. Upah yang diberikan harus sesuai dengan upah minimum provinsi, jaminan kesehatan serta jamsostek harus diberikan," tukasnya.

Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mengaku akan melakukan evaluasi terkait nasib BHL yang bekerja di perusahaan kelapa sawit ini. "Kami akan berupaya memberikan solusi terbaik bagi mereka," sebutnya.

Dia mengajak perusahaan kelapa sawit memandang pekerja, termasuk BHL, sebagai aset. "Jangan hanya memikirkan keuntungan semata. Perhatikan kesejahteraan para buruh, tanpa mereka perusahaan tidak akan untung," pungkasnya.
 

Komentar Via Facebook :