https://www.elaeis.co

Berita / Feature /

Kalau Sawit Rakyat Digusur, Dampaknya Bakal Ngeri Kali Wak!

Kalau Sawit Rakyat Digusur, Dampaknya Bakal Ngeri Kali Wak!

Seorang petani sedang mengumpulkan hasil panen sawitnya. Foto: Ist


Jakarta, elaeis.co - Jangan heran kalau dimana ada kebun kelapa sawit, di situ pula akan muncul geliat ekonomi. Daerah yang tadinya 'tempat jin buang anak' akan segera berubah jadi kota kecil. 

Sebab menurut hasil penelitian Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), untuk lahan kebun rakyat seluas 3,2 juta hektar saja, telah menciptakan sekitar 5,5 juta hingga 6 juta pekerja langsung dan tidak langsung. 

Terus, lahan seluas itu juga akan menghidupi sekitar 600 ribu hingga 1,2 juta rumah tangga. Itu jika para petani sawit tadi punya 2-5 hektar kebun.   

"Kalau dalam satu rumah tangga ada 4 orang, berarti sudah 4,8 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya dari kebun kelapa sawit itu," cerita Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.

Baca juga: Kalau Ini Dilakukan, Sawit Rakyat Akan Unggul Dari Malaysia

Uniknya, para petani ini bisa dibilang tak pernah menggantungkan hidupnya kepada pemerintah. Untuk membersihkan, menanam hingga kebunnya menghasilkan, semua dilakukan dengan swadaya.

Bagi PASPI, upaya semacam ini adalah bentuk inisiatif rakyat untuk bisa keluar dari zona kemiskinan. 

Tidak hanya itu, upaya yang dilakukan petani itu telah pula menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang. 

Dari kebun sawit seluas itu, saban tahun akan dihasilkan sekitar 8,6 juta ton minyak sawit. Angka ini hampir 20 persen dari produksi minyak sawit Nasional. 

Dan produksi sebanyak itu memberikan kontribusi ekspor sekitar USD 6 miliar. Ini setara dengan 60 persen dari devisa sektor kehutanan 2020.

Sudahlah memberikan banyak kontribusi dalam bentuk duit, saban tahun kebun sawit seluas ini bisa pula menyerap sekitar 206,4 juta ton karbon serta menghasilkan 59,84 juta ton oksigen!

Sementara hutan seluas 3,2 juta hektar, justru hanya bisa menyerap 135,68 juta ton dan menghasilkan oksigen 22,72 juta ton. 

Hitungan ini jika merujuk pada perhitungan yang dibikin Robert Henson, seorang ahli ekofisiologi asal Oklahoma City, Amerika Serikat.

Apa yang sudah dilakukan oleh petani tadi kata Tungkot sangat membantu pemerintah. Sebab itu tadi, tugas pemerintah membuka lapangan kerja dan mensejahterakan rakyatnya, diambil alih oleh petani. Belum lagi petani memberikan devisa yang besar dan menyelamatkan bumi lewat tanaman yang bisa menyerap karbon dan menghasilkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dari hutan.  

Tapi sayang, Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) dan Kehutanan kata lelaki 55 tahun ini telah mengklaim bahwa ada 3,2 juta hektar kebun sawit rakyat berada dalam kawasan hutan.  

Kalau merujuk pada regulasi yang ada sekarang dan ngototnya KLHK untuk menghutankan kembali kebun-kebun itu, otomatis petani dan orang yang sudah menggantungkan hidupnya kepada kebun tadi, terancam 'gulung tikar'.  

Kampung yang tadinya sudah menjadi kota kecil dan geliat ekonomi yang sudah kadung timbul pun, akan segera terhenti lantaran kebun rakyat tadi telah dikembalikan menjadi hutan. 

Apa yang kemudian terjadi jika sawit rakyat digusur? "Yang pasti manfaat ekonomi, sosial dan ekologis akan hilang. Akan terjadi pengangguran, kemiskinan (sekitar 6 juta orang bahkan lebih), kelaparan, penyakit, putus sekolah secara massal di sekitar hutan," ujar Tungkot.

Tungkot kemudian mengulas kembali bahwa keterkaitan antara kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dengan kelestarian hutan di berbagai negara sudah lama menjadi perhatian para ahli.

Kemiskinan masyarakat di sekitar hutan memicu terjadinya perambahan hutan, illegal logging, illegal hunting, deforestasi yang ujung- ujungnya mengancam kelestarian hutan.

Berbagai studi yang dilakukan FAO, akademisi maupun NGO di negara-negara Afrika, Asia hingga Amerika Selatan kata Tungkot membuktikan bahwa kemiskinan masyarakat di sekitar hutan adalah penyebab terjadinya deforestasi.

Gempuran pada hutan makin intensif dan kerusakan hutan makin parah di saat pemodal kemudian memanfaatkan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan membiayai dan menampung hasil illegal logging

"Yang semacam ini juga banyak dijumpai di Indonesia. Kalau kemudian sawit rakyat itu digusur, penggempuran hutan oleh masyarakat sekitar hutan akan kembali terjadi. Cukong kayu akan memanfaatkan situasi masyarakat yang pada akhirnya akan membikin deforestasi massif terjadi lagi," katanya. 

Kalau sudah seperti ini, kerugian ekonomi, sosial dan ekologis yang lebih besar dan lebih luas akan terjadi. 

"PASPI hanya berpesan, ada baiknya pemerintah, khususnya KLHK hati-hati dan lebih bijaksana menyelesaikan kebun sawit rakyat yang diklaim dalam kawasan hutan. Sebab jika salah urus, maksud hati melestarikan hutan, yang terjadi malah deforestasi massal," Tungkot mengingatkan.


 

Komentar Via Facebook :