https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Jual Kebun Kelapa Sawit Lebih Menjanjikan Dibandingkan Replanting

Jual Kebun Kelapa Sawit Lebih Menjanjikan Dibandingkan Replanting

Kebun sawit tidak produktif di Kabupaten Mukomuko. Foto: Zuma


Bengkulu, Elaeis.co - Petani kelapa sawit di Bengkulu lebih memilih menjual kebun kelapa sawit yang sudah tidak produktif daripada mengikuti program replanting. Hal itu disebabkan lebih mudah menjual dibandingkan merawat kebun.

Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar SP MSi mengatakan, petani yang memiliki tanaman sawit berusia di atas 20 tahun memilih untuk tidak melakukan penanaman kembali, meskipun program replanting tersedia. Mereka menyadari risiko dari menanam kelapa sawit kembali di lahan yang sama, yang dapat berdampak buruk pada pertumbuhan pohon dan hasil panen. 

"Petani kadang malas membangun kebun sawit lagi, mereka lebih baik menjual kebun itu, karena sadar menanam kembali kelapa sawit di bekas lahan kebun sawit tidaklah menjanjikan," ujar Zainal, Senin 13 Mei 2024.

Baca Juga: Petani Sawit Keluhkan Diskriminasi Bank dalam Penyaluran KUR

Menurut Zainal, petani sadar, menanam kembali kelapa sawit di lahan kebun bekas tanaman sawit akan memberikan hasil panen yang tidak maksimal. Selain itu, petani juga dihadapkan pada biaya yang tidak sedikit ketika melakukan replanting. Penebangan pohon kelapa sawit yang tidak produktif dan penggunaan alat berat untuk mencabut bonggol kelapa sawit menjadi biaya yang harus ditanggung. 

"Biaya untuk menanam kembali itu tidak murah, bisa mencapai jutaan untuk satu hektare," ungkapnya.

Di sisi lain, petani yang memutuskan untuk mengikuti program replanting hanya menerima Rp 30 juta per hektar. Hal ini menjadi masalah karena mayoritas petani di Bengkulu memiliki lahan lebih dari 4 hektar, sementara program replanting hanya memperbolehkan maksimal 4 hektar. Oleh karena itu, banyak petani yang lebih memilih untuk menjual kebun kelapa sawit mereka daripada melakukan replanting.

"Dengan menjual kebun, mereka tidak perlu repot lagi, apalagi dana dari program replanting tersebut tidak mencukupi untuk pemeliharaan kelapa sawit hingga berbuah. Tanah juga harus diberi nutrisi melalui pemupukan agar kelapa sawit dapat berbuah," tuturnya.

Baca Juga: Budidaya Ikan, Petani Sawit Bisa Cuan 

Oleh sebab itu, Zainal berharap pemerintah dan pihak terkait perlu mempertimbangkan kembali kebijakan dan bantuan yang lebih memadai agar petani dapat tetap beraktivitas dan menjaga produktivitas kelapa sawit di daerah ini.

"Kami pikir pemerintah dan pihak terkait perlu mempertimbangkan kembali kebijakan dan bantuan yang lebih memadai, katanya dana replanting naik jadi Rp 60 juta per hektar, tapi ini belum tahu jadi apa tidak," pungkasnya.


 

Komentar Via Facebook :