https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Hashim Djojohadikusumo: Produk Konsumsi Eropa Tak Bisa Lepas dari Sawit Indonesia

Hashim Djojohadikusumo: Produk Konsumsi Eropa Tak Bisa Lepas dari Sawit Indonesia

Hashim Djojohadikusumo. Foto: ist.


Jakarta, elaeis.co – Di tengah tekanan regulasi Eropa soal deforestasi dan keberlanjutan, satu fakta tak terbantahkan diungkap oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Iklim, Hashim Djojohadikusumo. Menurutnya, 27 negara anggota Uni Eropa justru masih sangat bergantung pada pasokan kelapa sawit dari Indonesia, terutama sebagai bahan baku utama produk-produk konsumsi harian.

“Kelapa sawit Indonesia tidak dikenai sanksi apa pun oleh Uni Eropa. Sebaliknya, sangat dibutuhkan oleh industri mereka,” ujar Hashim dalam forum Breakfast Meeting KADIN dan MADEF di Paris, Senin (15/7).

Ia menekankan, berbagai barang yang digunakan masyarakat Eropa seperti sabun, sampo, hingga makanan olahan, hampir semuanya mengandung unsur dari kelapa sawit Indonesia.

Hashim menyebut bahwa pemerintah Indonesia memang diminta memenuhi sejumlah syarat tertentu agar ekspor sawit tetap bisa diterima di pasar Eropa. Namun, ia memastikan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan persetujuannya.

“Detailnya akan dijelaskan lebih lanjut oleh Menteri Perdagangan dan Pak Airlangga,” imbuhnya.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menguatkan pernyataan Hashim. Sepanjang Januari hingga Mei 2025, ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia tercatat mencapai USD 8,90 miliar, dengan volume sebesar 8,30 juta ton. Angka ini mencerminkan kontribusi sawit yang masih sangat besar terhadap neraca perdagangan nasional.

Secara bulanan, ekspor CPO pada Mei 2025 melonjak drastis sebesar 61,50 persen dibanding bulan sebelumnya, mencapai USD 1,85 miliar. Negara tujuan utama ekspor masih didominasi oleh Pakistan, India, dan China, namun Eropa tetap menjadi pasar penting untuk turunan CPO seperti olein, margarin, dan bahan dasar kosmetik.

Tren ekspor CPO selama lima tahun terakhir juga mencatat fluktuasi yang signifikan. Pada 2020, nilai ekspor mencapai USD 17,36 miliar, naik menjadi USD 26,76 miliar pada 2021 dan puncaknya USD 27,74 miliar di 2022. Namun, tahun 2023 dan 2024 mengalami penurunan, masing-masing ke USD 22,69 miliar dan USD 20,05 miliar.

Meski begitu, panggung global belum bisa benar-benar lepas dari bayang-bayang sawit Indonesia. Dan seperti yang ditegaskan Hashim, di balik polemik dan sorotan, kelapa sawit tetap menjadi denyut nadi industri Eropa.

 

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :