https://www.elaeis.co

Berita / Komoditi /

Harga Rendah, Petani Sawit dan Perusahaan Saling Curiga

Harga Rendah, Petani Sawit dan Perusahaan Saling Curiga

Sekjen DPP APKASINDO Perjuangan Drs A Sulaiman H Andi Loeloe MM. Ist


Jakarta, Elaeis.co - Harga kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Selatan hanya berkisar Rp2.600/kg saat ini. Padahal provinsi lain rata-rata sudah di atas Rp3.000/kg.

Rendahnya harga hasil produksi kebun kelapa sawit di wilayah itu disinyalir lantaran kualitas kelapa sawit yang kurang berkualitas. Ini juga dampak dari banyaknya petani yang tertipu bibit palsu saat membuka perkebunan sejak awal lalu.

Sekjen DPP APKASINDO Perjuangan Drs A Sulaiman H Andi Loeloe MM mengatakan, di wilayahnya 80 persen perkebunan kelapa sawit dikelola secara mandiri oleh petani. Perkiraanya ada 45 ribuan hektar sawit rakyat itu.

"Di sini perkebunan inti tidak terlalu banyak karena lahan juga sudah sedikit. Jadi perkembangan tidak begitu tinggi," paparnya.

Kemudian, banyak pabrik kelapa sawit (PKS) juga berdiri tanpa memiliki kebun kelapa sawit. Lantaran tidak ada lahan untuk membuka perkebunan tadi kata Sulaiman.

Selain kualitas hasil kebun, harga rendah juga dampak dari tidak adanya penetapan harga dari pemerintah yang menjadi patokan harga. Petani hanya dicekoki harga rata-rata pasar berdasarkan rendemen Permentan.

"Tidak ada harga sesuai kelompok tanam. Disini harga rata semua dibuat. Karena plasma juga tidak produktif akibat diobok-obok oleh para pengepul kelapa sawit," terangnya.

Malah sekarang banyak petani yang menjual hasil kebunnya ke luar provinsi. Misalnya ke Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah lantaran selisih harga tadi.

"Bahkan petani plasma juga begitu, banyak yang menjual hasil kebunnya tidak ke PKS yang bermitra malah menjual ke pihak lain. Nah kalau ini selain selisih harga juga karena model bayarnya yang tunai. Kalau ke pabrik mitra, pembayaranya kan perbulan. Tapi kalau ke pihak lain hari itu juga bisa terima uang," bebernya.

"Jadi kami asosiasi saat ini dilema karena timbul saling curiga antara petani dan perusahaan. Begini gimana mau selesai PSR di wilayah kita ini?," bebernya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :