https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Guyuran SETARA di Kebun Sawit Petani

Guyuran SETARA di Kebun Sawit Petani

Mahasiswa Politeknik Kampar (Polkam) yang sedang melakukan praktek pembuatan pupuk organik. foto: ist


Pekanbaru, elaeis.co - Walau baru setahun hadir mewarnai industri pupuk organik berkualitas, pupuk SETARA Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) sudah langsung berterima di hati para petani kelapa sawit. 

Ini terbukti dari meningkatnya permintaan akan pupuk berbahan dasar limbah kelapa sawit itu. "Tiap bulan kita baru bisa memproduksi sekitar 2,5 ton, sementara permintaan sudah mencapai 30 ton. Ini baru permintaan dari petani sawit yang tergabung dalam Apkasindo yang ada di Riau," cerita penanggungjawab Pupuk SETARA Apkasindo, Djono Albar Burhan, S.Kom, MMgt (Int. Bus), CC, CL, saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.     

Selain lantaran kualitas Pupuk SETARA yang memang bagus kata Djono, dampak membaiknya harga kelapa sawit juga memicu petani untuk memperbaiki kualitas tanamannya. 

"Harga sawit sangat mempengaruhi lonjakan permintaan itu. Sebab dengan harga sawit yang tinggi, petani bisa lebih leluasa mengatur duitnya untuk perawatan tanaman," ujarnya. 

Lelaki yang juga Sekretaris DPW Apkasindo Riau ini menyebut, terbatasnya produksi Pupuk SETARA itu lantaran peralatan produksi yang masih sangat terbatas. 

Anggota Departemen Pengembangan SDM DPP Apkasindo ini kemudian cerita kalau sebenarnya pabrik yang berada di komplek Politeknik Kampar di kawasan Langgini, Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar itu, sudah sempat lama tak beroperasi. 

Menengok petani pabrik itu, Apkasindo kemudian menggandeng Pemda Kampar lewat Politeknik Kampar untuk mengaktifkan kembali pabrik itu. 

"Alhamdulillah, selain pabrik itu bisa menghasilkan pupuk yang berkualitas buat petani, juga bisa jadi ajang pelatihan khusus bagi para mahasiswa. Kebetulan mahasiswa beasiswa sawit juga ada berkuliah di sana. Mereka ada mata kuliah praktek pembuatan pupuk," ujarnya. 

Tapi itu tadilah kata Djono, lantaran masih sangat terbatas, pabrik itu paling bisa berproduksi dua kali sebulan.  

Tapi kalau peralatan seperti mesin dan yang lainnya sudah komplit, akan bisa berproduksi 3-4 kali sebulan.

Frekwensi produksi ini, selain akan lebih bisa memenuhi kebutuhan petani, juga akan berdampak pada harga jual pupuk. 

"Kita akan bisa tekan dari harga sekarang yang Rp4500 perkilogram, menjadi Rp3000 perkilogram. Ini akan membikin petani lebih untung lagi. saat ini satu karung 20 kilogram pupuk SETARA kita jual Rp90 ribu," terangnya. 

Soal bahan baku kata Djono, aman. Sebab Apkasindo bekerjasama dengan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang bertebaran di Kabupaten Kampar. 

Kalau ke depan kapasitas pabrik sudah mumpuni dan minat petani sawit di Riau akan Pupuk SETARA semakin tinggi, Apkasindo kata Djono akan perlahan menembus pasar nasional. 

"Target kita Riau dulu, setelah itu baru kita sampaikan ke DPP Apkasindo untuk disebar ke petani sawit Apkasindo yang ada di 22 provinsi dan 134 kabupaten kota," katanya. 

Seperti yang dibilang Djono tadi, jika produksi semakin besar, tentu harga juga akan bisa lebih tertekan. 

"Komitmen kami menghadirkan pupuk berkualitas dengan harga terjangkau kepada petani. dan di balik itu semua, juga menjadi ajang pembuktian kami bahwa stigma negatif terkait tanaman sawit selama ini adalah hoaks. Limbah sawit yang katanya berbahaya terhadap lingkungan, setelah kami olah justru berdampak bagus pada tanaman, menghasilkan duit lagi," katanya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :