https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Gara-gara Cerita Djono, Perempuan Swiss ini Makin Penasaran 

Gara-gara Cerita Djono, Perempuan Swiss ini Makin Penasaran 

Djono A Burhan bersama Martina Locher. foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Sedari tadi Martina Locher sudah  penasaran mendengar omongan panjang Djono A Burhan, Bidang Hubungan Internasional Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo).

Belum lagi oleh omongan Ketua Umumnya, Gulat Medali Emas Manurung, Martina makin ingin."Jadi makin pengen segera berkunjung ke kebun petani. Soalnya saya juga belum pernah menengok pohon sawit," Martina tersipu mengatakan itu.

"Ayo, kami akan antar ke kebun sawit milik anggota Apkasindo. Kebetulan petani kami tersebar di 164 kabupaten kota dari 22 provinsi perwakilan Apkasindo," Djono langsung menawarkan. 
  
Kemarin, Kedutaan Swiss di Indonesia sengaja mengundang DPP Apkasindo dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) duduk bareng di Restoran Seribu Rasa di kawasan Menteng Jakarta Pusat. Dari GAPKI sendiri ada Fadhil Hasan dan Sumarjono Saragih. 

Diselingi makan siang, obrolan merekapun terasa jauh. Dari soal dampak Undang-Undang Uji Tuntas Uni Eropa (European Union Due Diligence Regulation) kepada petani sawit, penerapan ISPO hingga keberadaan Omnibus Law alias Undang-undang Cipta Kerja, jadi pokok bahasan. 

Martina sendiri adalah Program Manager Trade Promotion Unit, SECO Bern. Dia ditemani oleh Philipp Orga, Head of Swiss Economic Cooperation and Development (SECO), salah satu lembaga pemerintah Swiss untuk kebijakan ekonomi dan kerja sama pembangunan ekonomi.

Kepada Martina Djono cerita kalau selama ini petani tidak sekadar menanam sawit, tapi juga menjalankan ragam usaha lain; beternak sapi, kambing hingga memelihara tanaman lain di sekitar kebun. 

"Apa yang dilakukan petani itu sama saja dengan menjaga keseimbangan lingkungan. Jadi, enggak salah kalau saya mengatakan kalau petani sawit telah menjadi bagian dari reforestasi melalui kearifan lokalnya," ujar Djono 

"Lantas, apa yang bisa kami (Pemerintah Swiss) lakukan untuk petani kelapa sawit Indonesia?," giliran Martina menatap lekat wajah Gulat yang kebetulan duduk di sebelah kanannya. 

"Bantu petani untuk bisa sertifikasi. Lalu, bikin pertemuan antara perusahaan pemakai minyak sawit di Swiss dengan petani sawit Indonesia. Biar bisa pula terjalin kesepakatan B2B (business-to-business). Kalau itu dilakukan, semakin jelaslah konsep ketertelusuran minyak sawit itu," ujar Gulat. 


 

Komentar Via Facebook :