https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

GAPKI Bengkulu: Peningkatan Ekspor CPO Dongkrak Harga Sawit

GAPKI Bengkulu: Peningkatan Ekspor CPO Dongkrak Harga Sawit

Ilustrasi/Elaeis


Bengkulu, elaeis.co - Ketua GAPKI Bengkulu, John Irwansyah Siregar memastikan, peningkatan ekspor crude palm oil (CPO) menjadi tolak ukur utama untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Menurutnya, jika ekspor CPO tidak meningkat, maka kenaikan harga TBS tidak mungkin terjadi meskipun harga CPO di atas Rp 10 ribu per kilogramnya.

"Untuk mengerek harga TBS sampai Rp 2.000/kg, maka peningkatan ekspor bulan ini minimal 200 persen," kata John, kemarin.

Hal itu disampaikan John bukan tanpa alasan. Sebab berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2022 lalu, volume ekspor CPO hanya mencapai 1,93 juta ton. Artinya, untuk mendongkrak harga TBS di atas Rp2.000/kg, ekspor CPO harus mencapai 7,72 juta ton. Sementara itu, jumlah ekspor CPO Indonesia pada Juni 2022 lalu baru mencapai 2,17 ton.

"Memang, angka tersebut masih terbilang jauh untuk menyentuh level 7,72 juta ton," kata John.

John mengatakan, untuk mencapai jumlah ekspor CPO hingga menyentuh level 7,72 juta ton, pemerintah perlu menghilangkan hambatan-hambatan dalam melakukan ekspor. Sebab menurutnya, regulasi dan perpajakan ekspor sawit saat ini terlalu banyak.

"Pertama, ada bea keluar. Kedua, pungutan ekspor. Ketiga, domestic market obligation (DMO). Keempat, domestic price obligation (DPO). Kelima, persetujuan ekspor dan keenam adanya flush out (FO). Ini perlu dikurangi, bahkan dihapus saja lah," kata John.

Kendati begitu, John mengatakan saat ini petani bisa sedikit bernafas lega karena pemerintah menggratiskan bea keluar (BK) hingga 31 Agustus 2022. Hal ini diharapkan bisa mengerek ekspor dan berimbas pada kenaikan harga TBS sawit.

Namun, menurut John, tidak ada salahnya pemerintah mempertimbangkan untuk memperpanjang kebijakan tersebut. Sebab, dengan tenggang waktu satu bulan belum tentu harga TBS sawit dapat naik kembali.

"Kami melihat ada kenaikan, tapi belum signifikan. Untuk kita berharap pemerintah perlu memperpanjang pembebasan bea keluar atau pungutan ekspor," ujarnya.

Ia menambahkan, pembebasan bea keluar perlu diperpanjang hingga volume ekspor CPO mencapai 4 juta ton per bulan. Sebab ketika volume telah mencapai angka tersebut, maka harga TBS sudah hampir mendekati Rp 2.000 per kilogram. 

Apalagi berdasarkan data petani sawit, harga TBS saat ini berada diangka Rp 1.400 hingga Rp 1.700 per kilogram.

"Harga ini memang bisa dibilang membaik dibanding sebelumnya di bawah Rp1.000 per kg. Namun, harga segitu belum bisa dibilang telah kembali normal," ujarnya.

Sementara itu, Ketua APKASINDO Bengkulu, Jakfar mendukung penuh usulan perpanjangan waktu penghapusan sementara pungutan ekspor CPO dan produk turunannya.

Bahkan menurutnya, penghapusan itu mestinya tidak hanya selama satu bulan. Sebab, ekspor CPO dan turunannya bukan seperti ekspor-impor sepeda atau sejenisnya yang bisa dipesan kapan saja.

"Kami ingin pembebasan pungutan ekspor tersebut tidak hanya satu bulan atau sekian bulan saja. Kalau bisa selamanya," pungkasnya.

Komentar Via Facebook :