Berita / Bisnis /
Satu-Satunya Pemegang Label SNI
Dodos Rumbio Menembus Batas
Suasana di KUB RJS di Rumbio, Kampar, Riau. Foto: syahrul
Pekanbaru, elaeis.co - Dua pekan lalu menjadi momen paling istimewa bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rumbio Jaya Steel (RJS).
Sebab setelah 50 tahun usaha 'pandai besi' yang bermarkas di kawasan Rumbio Kabupaten Kampar, Riau itu berjalan, barulah Negara mengakui dodos dan egrek hasil usaha KUB itu berstandar Nasional.
Ketua KUB, Koperasi RJS, Desrico Apriyus, yang mengambil langsung label Standar Nasional Indonesia (SNI) itu di Bandung Jawa Barat (Jabar).
Uniknya, dodos (alat dari besi untuk memanen Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang tanamannya berumur kurang dari 6 tahun) dan egrek (alat panen TBS sawit dari besi yang dipakai untuk tanaman berumur lebih dari 6 tahun) RJS pula satu-satunya di Indonesia yang baru mendapatkan label itu.
"Dengan Negara mengakui usaha kami, tentu ini membuat kami semakin semangat berusaha. Kepercayaan diri kami bertambah," kata Desrico saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.
Meski sudah dapat label SNI, memang masih ada beberapa hal kata Desrico yang masih harus dibenahi terkait dodos dan egrek tadi. Misalnya soal kandungan baja dari bahan baku (per mobil) yang dipakai.
"Sambil jalan tentu akan kami sempurnakan. Sebab bagi kami, menjaga kualitas adalah nomor satu," katanya.
Lelaki ini kemudian cerita seperti apa RJS menggeliat hingga kemudian dikenal hingga ke pelosok Nusantara. "Meski usaha ini sudah ada sejak 1970 silam, tapi yang resminya baru sejak 2019 lalu," katanya.
Semula kata Desrico, yang mereka produksi masih seputar parang, cangkul dan peralatan tani lainnya. Tapi seiring waktu, peralatan yang berhubungan dengan kelapa sawit pun mulai diproduksi. Ini setelah permintaan mulai ada.
Seiring waktu kata Desrico, Pemkab Kampar dan Pemprov Riau pun melirik usaha mereka. Dari lirikan itu, bantuan peralatan produksi, pinjaman modal hingga bantuan pemasaran mereka dapatkan. 
Dari sinilah kemudian usaha itu terus berkembang. Setiap bulan, permintaan peralatan panen dan perawatan kebun terus meningkat. Pandai besi-pandai besi di bawah naungan RJS pun mulai bermunculan.
"Saat ini, kami sudah bisa menghasilkan sekitar 100 ribu item. Mulai dari dodos, gancu, egrek, tojok, kapak, garuk dan yang lain. Ini semua hasil dari usaha 40 orang pandai besi yang tergabung di RJS. Mereka tersebar di 20 tempat di Rumbio," terangnya.
Khusus dodos dan egrek kata Desrico, setiap bulan bisa laku hingga 10 ribu buah. "Produk kami sudah masuk di pasar Nasional. Mulai dari Aceh hingga ke Kalimantan," katanya.
Meski saat ini harga sawit tinggi kata Desrico, itu tidak begitu berpengaruh terhadap peningkatan permintaan. Soalnya kenaikan harga itu bertepatan pula dengan momen ramadhan dan lebaran.
"Orang akan lebih mementingkan memenuhi kebutuhan lebaran. Kebetulan pelanggan kami kebanyakan petani sawit. Tapi habis lebaran, biasanya permintaan akan meningkat hingga 50 persen. Artinya permintaan bisa mencapai 150 ribu produk," terangnya.
Desrico mengaku masih sangat optimis dengan usaha mereka dan usaha ini akan sangat bisa mensejahterakan para pandai besi.
Sebab potensi perkebunan kelapa sawit enggak ada matinya. Semakin luas kebun sawit, maka permintaan peralatan otomatis akan semakin banyak. "Ini ditopang pula dengan harga sawit yang belakangan terus naik," ujarnya.







Komentar Via Facebook :