https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Deflasi Tiongkok Bikin Konsumsi Minyak Nabati Lesu, Sawit Indonesia Siap Manfaatkan Momentum

Deflasi Tiongkok Bikin Konsumsi Minyak Nabati Lesu, Sawit Indonesia Siap Manfaatkan Momentum


Jakarta, elaeis.co - Ekonomi Tiongkok tengah menghadapi tekanan deflasi yang cukup serius. Ryan Chen dari Cargill Investments (China) Limited menegaskan, deflator PDB masih negatif, menjaga harga tetap rendah dan menahan konsumsi, termasuk konsumsi minyak nabati. 

Kondisi ini pun membuat permintaan domestik untuk minyak sawit dan bioenergi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam waktu dekat.

“Permintaan dalam negeri masih lemah, sehingga konsumsi minyak sawit belum tumbuh signifikan,” kata Chen. 

Ia juga menyoroti pelemahan ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat sepanjang 2025, sementara kepercayaan konsumen domestik belum pulih sepenuhnya. 

Menurut Chen, strategi pelaku industri harus menyesuaikan diri dengan dinamika perdagangan global, khususnya hubungan Tiongkok-AS yang akan sangat menentukan arah permintaan ke depan.

Tidak hanya berhenti di situ, Tiongkok juga mulai menggeser peran dari konsumen besar menjadi pengolah dan pengekspor kembali minyak nabati. 

Kapasitas pemrosesan minyak nabati di negeri Tirai Bambu terus meningkat, membuka peluang ekspor untuk produk-produk bernilai tinggi seperti Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan minyak kedelai. 

Chen menekankan, selama permintaan Amerika Serikat dan Eropa tetap kuat, Tiongkok bakal fokus memaksimalkan kapasitas pengolahan ini untuk pasar ekspor.

Perubahan strategi ini menandai transformasi besar Tiongkok dalam sektor bioenergi. Dari sebelumnya hanya mengimpor untuk konsumsi domestik, kini negara ini mulai memproduksi untuk dijual kembali ke pasar global. 

Pelaku industri Indonesia, khususnya sawit, perlu mewaspadai tren ini sekaligus melihat peluang. Produk sawit yang bersertifikat dan ramah lingkungan bisa menjadi pilihan menarik untuk memasuki rantai pasok global yang makin menuntut standar keberlanjutan.

Kondisi deflasi dan perubahan peran Tiongkok ini sekaligus menjadi alarm bagi eksportir minyak nabati dunia, termasuk Indonesia. 

Mereka harus menyiapkan strategi adaptif; meningkatkan sertifikasi, menjaga kualitas produk, dan menargetkan pasar baru yang tetap mengapresiasi bioenergi dan minyak nabati berkelanjutan.

Dengan pemahaman yang tepat, tekanan ekonomi Tiongkok justru bisa menjadi peluang emas. Sawit Indonesia dan produk bioenergi berpotensi tetap laku keras di pasar global, meski konsumsi domestik Tiongkok sedang melemah, selama industri lokal mampu bersaing dari sisi kualitas, sertifikasi, dan inovasi produk.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :