https://www.elaeis.co

Berita / Feature /

Cerita Ardi Setelah Jadi Direktur Kelapa Sawit 

Cerita Ardi Setelah Jadi Direktur Kelapa Sawit 

Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ardi Praptono. Foto: aziz


Jakarta, elaeis.co - Waktu baru menunjukkan pukul 06:55 Wib, Selasa pekan lalu. Tapi Ardi Praptono sudah tiba di teras Gedung C Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjen Bun) Kementerian Pertanian di kawasan Ragunan Jakarta Selatan itu.

Berbalut kemeja tactial coklat tua dengan emblem Ditjen Bun di dada kiri, ayah dua anak ini nampak gagah melangkah menuju lift untuk ke ruang kerjanya di lantai empat. 

Begitulah keseharian lelaki kelahiran Klaten Jawa Tengah ini sejak dilantik menjadi Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma 14 April lalu. 

"Sejak mengurusi sawit, ritme kerja saya memang langsung tinggi. Saya lebih pagi ke kantor. Soalnya pagi-pagi sudah ada tamu dari daerah yang datang. Lepas itu saya kemudian rapat pimpinan," lelaki 49 tahun ini sumringah kepada elaeis.co.   

Ardi pun tak memungkiri kalau tubuhnya yang tinggi tegap, sudah jauh lebih singset ketimbang dua tahun lalu, waktu masih menjadi Direktur Perlindungan di direktorat yang sama. 

"Berat badan saya turun tujuh kilogram," bekas Direktur Tanaman Semusim dan Rempah ini tertawa sambil menyeruput Kopi Aceh panas yang baru saja dihidangkan stafnya. .

Tak berlebihan Ardi menyebut soal ritme kerja tadi. Sebab yang dia urusi lelaki ini memang tak tanggung-tanggung; 16,38 juta hektar kebun kelapa sawit yang tersebar di 22 provinsi di Indonesia. Sekitar 6,8 juta hektar kebun itu milik petani, sisanya korporasi. 

Belum lagi Ardi harus mengurusi Aneka Palma. Kelapa misalnya, yang luasnya juga tak tanggung-tanggung; lebih dari 3 juta hektar. 

"Walau berat badan saya drastis turun, jujur,  mengurusi kelapa sawit dengan segala dinamikanya ini, saya sangat senang," tatapan lelaki ini kelihatan serius.

Bisa jadi oleh rasa senang itulah Ardi seolah tak pernah merasa capek, mencari tahu dan mendata apa saja persoalan yang ada di industri kelapa sawit saat ini. Termasuk keberhasilan yang ada.  

 

"Kita bicara hulu saja dulu ya. Di sini ada petani dan korporasi. Apa-apa saja persoalan yang dihadapi keduanya, sedang kami data, termasuk keberhasilan yang ada. Keberhasilan ini tentu bisa kita jadikan model, menjadi contoh untuk kita kembangkan di daerah lain," katanya. 

Di Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) misalnya. Apa yang dilakukan oleh KUD Mukti Jaya di Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), menurut Ardi sangat layak untuk dicontoh. 

"Saya dapat data bahwa koperasi ini telah berhasil menjalankan PSR. Rp25 juta bisa sampai pertengahan P3. Ini kan sesuatu yang luar biasa," ujarnya. 

"Di Dharmasraya Sumatera Barat, Mukomuko Bengkulu, Rokan Hilir di Riau dan di Sanggau Kalimantan Barat, program PSR-nya juga berhasil," tambahnya. 

Lalu soal kemitraan, Ardi menengok apa yang dilakukan oleh PT. Astra Agro Lestari dengan program Income Generating Activity (IGA) nya di Pasangkayu Sulawesi Barat dan program kemitraan Sinar Mas di Riau, patut ditiru.   

Saat ini kata Ardi, PSR sedang dikebut. Permentan nomor 3 tahun 2022 jo Permentan nomor 19 tahun 2023 tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penelitian dan Pengembangan, Peremajaan, serta Sarana dan Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit, telah membuka peluang baru skema PSR.

"Dulu skemanya hanya rekomtek di dinas kabupaten kota, provinsi dan Ditjenbun. Setelah Permentan itu ada, PSR sudah bisa dilakukan melalui skema kemitraan. Dua skema ini harus sama-sama kita kebut," lelaki ini bersemangat. 

Sembari melakukan pendataan, Ardi juga terus membangun komunikasi, baik itu dengan pemangku perkebunan di provinsi hingga kabupaten kota, juga dengan asosiasi petani dan korporasi. 

"Kita tahu bahwa belakangan, petani kelapa sawit mengeluhkan soal pupuk, pestisida, sarana dan prasarana serta tataniaga. Mana-mana yang bisa langsung kami atasi, tentu akan kami lakukan," katanya.

Dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), pihaknya juga terus membangun komunikasi, khususnya tentang pembiayaan apa saja yang bisa diberikan kepada petani sawit yang sifatnya segera. 

Satu hal yang paling penting dipahami kata Ardi, mengurusi industri sawit ini enggak bisa sendiri-sendiri. Kebersamaan dan kesolidan musti terbangun.

"Kita telah sepakat bahwa di sektor hulu, intensifikasi menjadi pilihan, kita juga sudah sepakat tentang keberlanjutan. Ini tentu menjadi tantangan bagi kita bersama," katanya. 

Untuk kebersamaan inilah makanya, Direktorat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma kata Ardi, sangat terbuka kepada semua lintas stakeholder untuk lebih sering duduk se meja. 

"Kita bicarakan apa maunya kita. Saya yakin, dengan kebersamaan, apapun persoalan akan bisa kita selesaikan. Ya, kuncinya kebersamaan itu," Ardi menekankan.  



 

Komentar Via Facebook :