https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Bursa Sawit akan Jadi Rujukan Bergengsi untuk Harga CPO

Bursa Sawit akan Jadi Rujukan Bergengsi untuk Harga CPO

Pengamat Kebijakan Publik Prodi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning, M Rawa El Amady. Foto: Syahrul/Elaeis


Pekanbaru, elaeis.co - Juni mendatang pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan meluncurkan Bursa Komoditi Sawit. Program ini bakal dijadikan acuan harga ekspor CPO Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).

Pengamat Kebijakan Publik Prodi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning, M Rawa El Amady memaparkan Bursa Sawit atau Bursa CPO jika diluncurkan, secara ideal akan menguntungkan bagi petani dan pengusaha sawit di Indonesia. 

Dikatakan, selama ini harga domestik mengacu pada hasil tender Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), yang merupakan BUMN holding PTPN. Dari total 47 juta ton CPO Indonesia  Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN), hanya sekitar 3-4% dari produk Indonesia. Sedangkan tender hanya hasil dari holding PTP  yang hanya 3% tersebut.

"Inilah yang menjadi rujukan harga petani dari Aceh sampai Papua. Dimana jumlah yang sedikit tersebut. Sehingga harga petani selalu anjlok dan tidak stabil," tuturnya kepada elaeis.co, Senin (22/5).

Sementara, lanjutnya, tender KPBN juga terbatas, yang diikuti 7 atau 8 perusahaan jadi tidak kompetitif dan tidak transparan. Hal ini juga merugikan petani dan juga merugikan PTP itu sendiri. Sebab harga CPO-nya selalu ditawar rendah oleh penawar.

"Bursa CPO itu bersifat global, dimana semua orang bisa menawar  di bursa CPO itu sehingga lebih adil, transparan dan pencatatan lebih baik.  Berapa yang terjual berapa uangnya  dan berapa pajak. Lalu jumlahnya juga cukup tinggi mencapai 3 juta ton. Sementara di KPBN hanya 3% saja dari nilai yang ditender di bursa CPO, sehingga sangat tidak sebanding dengan produksi CPO Indonesia," paparnya.

Dengan demikian, Rawa menilai bursa CPO yang akan dibangun itu akan menjadi salah satu rujukan yang paling bergengsi dari harga CPO. Tapi memang 3 hal yaitu transparansi, akuntabilitas dan trust atau jujur atas semua informasi yang disampaikan harus menjadi fokus utama. Sehingga harga CPO petani terjadi karena harga TBS petani merujuk pada harga dari tender di bursa CPO Indonesia.

"Apakah sudah saatnya bursa CPO hadir di Indonesia? Untuk kepentingan sawit petani  bursa CPO harus sudah sudah ada sejak lama, apalagi Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia. Saya yakin bursa CPO ini bisa dilaksanakan dengan baik untuk kepentingan nasional. Para profesional Indonesia akan mampu menghandle bursa CPO ini dengan baik," tuturnya.

Tegas Rawa, bursa CPO ini lebih memberi peluang keuntungan bagi petani. Untuk itu perlu rasanya kebijakan ini didorong untuk direalisasikan.

Komentar Via Facebook :