https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Bursa CPO Indonesia: Optimisme di Tengah Miskinnya Transaksi

Bursa CPO Indonesia: Optimisme di Tengah Miskinnya Transaksi

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Ditjenbun Kementan, Prayudi Syamsuri (tengah), dan Dirut ICDX, Nursalam (kanan). foto: Taufik Alwie


Jakarta, elaeis.co - Sudah anggotanya minim, sedikit nian pula yang aktif bertransaksi. Masih begitulah kondisi Bursa CPO Indonesia hingga kini. Apa boleh buat, volume transaksi pun jadi sulit berkembang. 

Sejak diresmikan Oktober 2023 silam, volume transaksi hanya mencatatkan perdagangan fisik CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 10 lot atau 250 ton. 

Sedangkan perdagangan berjangkanya 5.193 lot atau 25.965 ton. Sungguh capaian yang tidak bisa dibilang menggembirakan.

Kondisi riil Bursa CPO Indonesia yang masih miskin transaksi ini mencuat dalam diskusi di Kantor Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) di Midpoint Place, Jakarta, Senin, 27 Mei 2024. 

Diskusi bertema “Bursa CPO Indonesia” tersebut diinisiasi oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr. Prayudi Syamsuri, S.P., M.Si. 

Tak kepalang tanggung, Prayudi mengajak serta sejumlah pejabat terkait, dan tentu saja para pelaku industri sawit yang tergabung dalam asosisasi tertentu. Tercatat setidaknya 10 perwakilan dari asosiasi sawit.

Di antaranya, Gulat Manurung (Ketua Umum Apkasindo, yang baru terpilih untuk kedua kalinya), Okslan Juma Indri (Sekjen Samade), serta Manumpak Manurung (Gapki).

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat ME Manurung. Foto: Taufik Alwie

Dalam diskusi yang diberi pengantar oleh Prayudi itu, Vice President Bursa CPO ICDX, Yohanes F. Silaen, dengan berat hati mengakui kalau perkembangan volume transaksi Bursa CPO Indonesia memang masih kurang menggembirakan, terutama perdagangan fisiknya. 

“Kalau yang berjangka, cukup lumayan, tapi belum mewakili juga,” kata Yohanes, menjawab pertanyaan peserta diskusi.

Direktur Utama ICDX, Nursalam, menambahkan bahwa masih sedikitnya volume transaksi, baik fisik mau pun berjangka, tak lepas dari masih minimnya jumlah anggota  Bursa CPO yang aktif bertransaksi.  

 

"Mereka masih pada wait and see, baik penjual mau pun pembeli," ucap Nursalam, agak menyayangkan. 

Ia juga merasa heran, para anggota bursa sebetulnya mengaku tertarik dengan Bursa CPO, juga mengaku tidak susah mengikuti prosedur teknis. "Tapi kok masih belum mau bertransaksi," tutur Nursalam.  

Saat diresmikan tujuh bulan silam, Bursa CPO Indonesia tercatat beranggotakan 18 pengusaha sawit. Dalam perjalanannya sampai awal Mei 2024 bertambah menjadi 48, dan bertambah satu lagi menjadi 49 anggota di pengujung Mei ini.  

Jumlah ini masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah total perusahaan kelapa sawit yang tercatat sebanyak 2.294 pada 2023. 

Bahkan jika dibandingkan dengan total perusahaan anggota Gapki yang berjumlah 727, jumlah anggota Bursa CPO Indonesia yang didominasi anggota Gapki ini masihlah sangat kecil. 

Namun Nursalam tetap optimistis, meski  anggota Bursa CPO saat ini baru berjumlah 49, volume transaksi akan dapat terus didongkrak. Ini mengingat seluruh anggota Bursa CPO tersebut tergolong pemain besar. 

"Kalau semuanya berpartisipasi, bertransaksi, sudah cukup menyumbangkan angka yang luar biasa. Akan sangat membantu pertumbuhan Bursa CPO Indonesia," papar Nursalam. "Kalau setiap hari satu anggota bertransaksi 10 lot saja, berarti sudah 490 lot per hari," ia menambahkan.  

Lebih jauh Nursalam menyatakan keyakinannya kalau pada akhirnya nanti jumlah anggota Bursa CPO akan makin bertambah dan semuanya aktif bertransaksi. 

"Targetnya nggak usah terlalu muluk-muluk. Sampai akhir tahun ini jumlah anggota bertambah menjadi 100 saja, kita sudah bisa tancap gas, sudah bisa membuat harga acuan. Saya selalu yakin, tinggal tunggu waktu aja kok," tegas Nursalam, optimistis.

Sosialisasi gencar
Untuk menarik anggota sebanyak-banyaknya, ICDX senantiasa gencar melakukan sosialisasi mengenai keberadaan Bursa CPO Indonesia dan keuntungan jika menjadi anggotanya. ICDX juga memberi kemudahan bagi anggota, di antaranya membebaskan iuran kepesertaan tertentu.

Tak hanya proaktif mendatangi, atau pun memenuhi undangan para pelaku industri sawit, ICDX juga dengan senang hati menerima kunjungan stake holder ke kantor ICDX. 

 

Seperti yang terjadi pada Senin pagi tadi, dengan menerima Direktur Pengolahan dan Pemasaran Ditjenbun Kementan, Prayudi beserta rombongan, guna berdiskusi seputar Bursa CPO.

Pada kesempatan itu, setelah Nursalam dan Yohanes memaparkan rinci manfaat dari Bursa CPO,  Prayudi menyatakan pihaknya sangat mendukung keberadaan Bursa CPO Indonesia dan bertekat turut mendorong kemajuannya.

"Kita telah memiliki Bursa CPO. Karena itu kami hadir di sini untuk mempelajari bagaimana agar kami bisa memberikan info kepada para pekebun mengenai manfaat Bursa CPO ini, ada pasar yang lebih transparan yang bisa kita gunakan," kata Prayudi.

Prayudi menambahkan, saat berikutnya adalah sosialisasi bersama-sama. "Dari Kementerian Pertanian tentu akan lebih fokus kepada penjualnya. Harapan kami, ada kementerian lain yang ikut bergabung dalam hal penguatan pembelinya," ujarnya.

Sementara itu, Gulat Manurung mengingatkan bahwa Bursa CPO adalah suatu keniscayaan dan harus mendapat dukungan penuh dari semua pihak. 

Menurut dia, dengan adanya Bursa CPO membuat petani sawit semakin sadar bahwa bursa berperan penting dalam mendongkrak harga TBS (tandan buah segar). Setiap kenaikan harga CPO di bursa, telah mengoreksi harga TBS.

"Kita tidak cukup menjaga produktivitas hanya dengan pupuk atau bibit unggul. Tapi kita juga harus melihat bahwa harga TBS bersumber awal dari harga CPO. Kita jagalah, kita kawal (Bursa CPO) itu," tegas Gulat.



 

Komentar Via Facebook :