https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Anti Kantong Jebol, Pabrik Brondolan

Anti Kantong Jebol, Pabrik Brondolan

Tumpukan brondolan sawit siap angkut. foto: ist


Pekanbaru, elaeis.co - Sudah 4 bulan terakhir Hendri Alfian mendulang duit dari hasil jual beli brondolan --- buah yang sudah atau dilepas dari janjangan --- sawit. 

Persis setelah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) komersial yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya, mulai membeli brondolan saja.

"Saya masih pemain kecil lah. Tiap dua hari baru bisa terkumpul 2 ton. Tapi kemarin, kebetulan saya bisa antar 3 ton. Harganya Rp3500 per kilogram," cerita lelaki 60 tahun ini saat berbincang dengan elaeis.co tadi siang.

Harga Rp3500 per kilogram tadi kata ayah satu anak ini, untuk brondolan yang masih merah. Potongan timbangan diberlakukan oleh pabrik sebesar 5%. 

Tapi kalau brondolan sudah menghitam dan bahkan sudah nyaris kayak bubur, harganya cuma di kisaran Rp3100 sampai Rp3000 per kilogram. Potongan yang diberlakukan oleh pabrik pun akan lebih besar lagi, antara 7% sampai 12%. 

Meski pola harga dan potongan dibikin kayak begitu kata Hendri, jualan brondolan masih lebih seksi ketimbang Tandan Buah Segar (TBS). 

Selain harga yang jauh lebih tinggi, biaya transport pun kata Warga Desa Alim Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau ini, akan lebih hemat. 

"Kalau kita bawa TBS dengan tumpukan hingga petak satu, beratnya masih kepala 7 ton. Harga juga masih Rp2200 hingga Rp2600 per kilogram. Tapi kalau bawa brondolan peres bak, beratnya sudah kepala 10 ton. Harganya paling murah Rp3000 per kilogram. Kita enggak bawa sampah (tandan kosong) lagi ke pabrik," ujarnya. 

Kalau menengok kondisi wilayah yang ada kata Hendri, mestinya pabrik yang ada di kampung mereka adalah pabrik brondolan. 

Soalnya kalau pabrik TBS, mereka akan selalu merugi. "Sebab TBS enggak bisa langsung diantar sehabis panen. Maklum, jalan di tempat kami masih parah, apalagi kalau sudah musim hujan, tak bisa lewat," keluhnya.

Kalau sudah begitu, bisa dipastikan TBS tak segar lagi. Kadar asam akan naik. "Harga di pabrik akan anjlok, potongan pun membengkak," katanya. 

Saat ini kata Hendri, sudah ada dua PKS konvensional yang menerima brondolan saja di Inhu. Satu lagi berada sekitar 55 kilometer dari kampungnya. "Harga di sana saat ini lebih tinggi, mencapai Rp3.750 per kilogram. Tapi lantaran produksi saya masih sedikit, saya jual ke yang dekat saja," terangnya. 

Hendri memastikan, jualan brondolan tak akan membikin kantong petani jebol. Sebab itu tadi, gimanapun kondisi buah sawit, tetap masih laku dan harganya tinggi.     

Memang, tak bisa bisa dipungkiri, sejak hadirnya pabrik brondolan kata Hendri, maling brondolan sudah berkeliaran di mana-mana. "Tapi ini resiko usaha lah. Kalau kita jaga, maling juga nggak akan berani masuk," ujarnya. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :