Berita / Bisnis /
IPOC 2025
Produksi Sawit RI Bisa 'Seret Total', Analisis Global Minyak Nabati Sindir Kebijakan Satgas PKH
Dorab Mistry.
Nusa Dua, elaeis.co - Peringatan keras datang dari analis global minyak nabati, Dorab Mistry, yang kembali menyorot arah kebijakan sawit Indonesia.
Dalam konferensi pers usai menjadi pembicara di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 di Nusa Dua, Bali, Mistry menyebut produksi sawit nasional berpotensi seret total jika pemerintah tidak segera mengubah pendekatan, khususnya terkait kebijakan Satgas Penataan Kawasan Hutan (PKH).
Menurutnya, langkah satgas yang mengambil alih sejumlah lahan kelapa sawit, termasuk yang selama ini menjadi sumber produksi inti berimbas pada stagnasi suplai dalam dua tahun ke depan.
“Dengan situasi kebijakan sekarang, produksi sawit Indonesia tahun depan paling banter datar. Bahkan tambahan produksi dua tahun mendatang tidak akan lebih dari 1 sampai 1,5 juta ton,” ujar Direktur Godrej International Ltd itu secara tegas.
Ia menegaskan, minimnya penerbitan izin tanam baru, baik untuk kebun plasma maupun swasta, membuat mustahil bagi Indonesia mengejar pertumbuhan produksi seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan jika izin baru keluar tahun ini, hasilnya baru dapat dipetik 3–4 tahun mendatang.
“Ekspansi itu butuh waktu. Tanaman tidak bisa dipaksa tumbuh cepat hanya karena kebijakan berubah,” katanya.
Mistry kemudian menyoroti ancaman lain yang kerap luput dari perhatian yakni industri hilir yang tumbuh jauh lebih cepat dibanding suplai bahan baku. Sektor oleokimia, biodiesel, hingga pangan olahan terus menyerap CPO dalam jumlah besar, membuat ruang ekspor makin sempit.
“India, sebagai salah satu importir terbesar, bisa mengalami kekurangan pasokan dari Indonesia. Dan jika pasokan ketat, harga akan naik,” ujarnya.
Ia tidak menampik bahwa kenaikan harga mungkin terdengar positif di awal, tetapi dalam jangka panjang justru merugikan industri dan konsumen. Harga yang terlalu tinggi bisa memicu penurunan permintaan, memaksa negara pembeli mencari substitusi, dan mengerek biaya produksi di dalam negeri.
Karena itu, ia mendorong pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat dan berani. Mistry bahkan mengutip pepatah lama, “a stitch in time saves nine”, sebagai penekanan bahwa tindakan tepat waktu dapat mencegah krisis besar di masa depan.
“Jika izin tanam baru tidak segera dikeluarkan dan produksi tidak dinaikkan, beberapa tahun ke depan bisa menjadi masa paling berat bagi industri sawit nasional,” tegasnya.
Ia juga menutup pesannya dengan sindiran halus yang langsung menyasar kebijakan Satgas PKH.
“Kebijakan yang memotong suplai tanpa menambah kapasitas hanya akan membuat industri berjalan pincang," sindirnya.






Komentar Via Facebook :