Berita / Nasional /
Pengembangan Perkebunan Sawit Harus Bisa Tingkatkan Kredit Karbon dan Tekan Emisi GRK
Para pembicara di seminar Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca. foto: dok. Lemhamas
Jakarta, elaeis.co - Yayasan Bentang Merah Putih bekerjasama dengan BPDPKS dan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas) menggelar Seminar Group Diskusi (SGD) bertajuk “Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)”. Acara ini berlangsung di Gedung Dwiwarna, Lemhanas, Jakarta Pusat, Senin, 29 April 2024.
Acara dibuka oleh Wakil Gubernur Lemhanas RI Letjen TNI Eko Margiyono MA. "Kelapa sawit adalah bagian dari penyangga ekonomi Indonesia. Untuk itu penting mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan demi meningkatkan kredit karbon dan meminimalkan emisi GRK. Sehingga SGD ini menjadi sangat penting karena berkontribusi terhadap ketahanan nasional khususnya pada bidang ekonomi," jelasnya dalam keterangan resmi tentang latar belakang diselenggarakannya kegiatan tersebut.
SGD ini menghadirkan banyak narasumber. Diantaranya Prof. Dr. Reni Mayerni, Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas RI, Dr. Musdalifah Machmud, Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian, Dr Ruandha Agung Sugardiman, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, Prof Dr Ari D Pasek, Head of Energy Conversion Research Group Thermodynamics Laboratory pada Energy Conversion Research Group ITB, Prof. Rizaldy Boer, Direktur Pusat Pengelolaan Peluang dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik IPB, dan Triana Meinarsih, Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang dan Pengembangan Sarpras BPDPKS.
Untuk penanggap, hadir Dr Basuki Sumawinata (Pusat Study Sawit IPB), Dr Bandung Sahari (GAPKI) dan Dr Istiana Maftuchah (Deputi Direktur Pengawasan Bursa Karbon). Sebagai moderator Yohana Elizabeth Hardjadinata (Ketua Yayasan Bentang Merah Putih), Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, (Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia) dan Frans Nickolas.
Pada SGD ini, Reni Mayerni, menyampaikan, ada 7 rekomendasi praktik perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK. Yakni peningkatan ketersediaan lahan untuk menunjang keberlanjutan kelapa sawit; peningkatan penelitian & penggunaan teknologi inovasi di sektor sawit guna mengurangi emisi karbon; peningkatan daya saing kelapa sawit melalui strategi branding; peningkatan penguasaan dan pengelolaan data karbon-sawit.
Lalu, peningkatan efektivitas pengawasan, pengendalian, dan penegakan hukum pada kelapa sawit dan pelestarian lingkungan; peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan peningkatan kerjasama antar lembaga untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit.
Sementara itu, Yohana E. Hardjadinata, Ketua Yayasan Bentang Merah Putih, berharap SGD ini banyak memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembuatan film dengan judul Story About Us : Palm’s Love. Film dengan latar belakang kehidupan di perkebunan kelapa sawit ini bertujuan sebagai soft diplomacy sawit Indonesia untuk dunia dan peran sawit dalam karbon trade dan emisi gas rumah kaca.
Indonesia berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Selain itu juga dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar. Untuk itu, Indonesia pun diyakini memiliki peran signifikan dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Namun, ada perdebatan mengenai apakah perkebunan kelapa sawit dapat benar-benar mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida.
Pasalnya, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Karena, lebih dari 80 persen penggundulan hutan berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap iklim global.
Untuk itu, sangat penting melakukan pendekatan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan agar dapat menjadi solusi penting untuk meminimalkan emisi GRK dan meningkatkan kredit karbon. Pendekatan ini mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, perlunya dilakukan kajian tentang strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan untuk meningkatkan penerimaan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK.
"Harapannya dengan menerapkan strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di lahan yang terdegradasi, Indonesia dapat mencapai kesejahteraan rendah karbon, menjaga hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ini juga menjadi bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim," paparnya.







Komentar Via Facebook :