Berita / Serba-Serbi /
Penasaran Kenapa Panen Sawit Pakai Egrek? Begini Kisahnya
Soedjai Kartasasmita, pelaku dan saksi mata perkembangan industri sawit nasional. Foto: tangkapan layar
Jakarta, Elaeis.co - Saat ini banyak bermunculan egrek dengan berbagai merek. Bahkan ada sejumlah perusahaan yang menciptakan egrek bertenaga mesin untuk memudahkan petani mendodos buah sawit atau memangkas pelepah sawit.
Egrek merupakan peralatan standar di kebun sawit yang banyak digunakan di Indonesia dan Malaysia.
Sejauh ini tidak ada yang tahu siapa pencipta egrek dan kenapa dinamai seperti itu.
"Namun saya ingat persis egrek untuk sawit mulai dipergunakan di tahun 1968 di perkebunan sawit di Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Kebun sawit itu dulunya milik kolonial Belanda lalu dinasionalisasi oleh Presiden Soekarno," kata Soedjai Kartasasmita (95).
Soedjai adalah satu dari dua sesepuh dan begawan sawit yang masih hidup. Satu begawan sawit lainnya adalah Derom Bangun (81). Soedjai mengisahkan riwayat egrek sawit tersebut pada peringatan Hari Sawit Nasional dan Hari Perkebunan 10 Desember yang diunggah di channel GAPKI IPOA.
Di awal berkuasanya rezim Orde Baru, Presiden Soeharto memberikan perhatian yang besar terhadap sektor ekonomi dan membuka pintu bagi investor luar untuk masuk ke Indonesia. Perkebunan sawit, kata Soedjai yang pernah menjadi Direktur Utama PTP di Sumatera Utara, juga mendapat perhatian khusus Soeharto.
Soeharto bahkan mengirimkan sejumlah orang untuk belajar tentang sawit ke Malaysia yang saat ini sudah berada di atas angin dalam industri sawit global. "Saat itu kita memang banyak ketinggalan dalam perkebunan sawit dibandingkan Malaysia," kata Soedjai.
Di masa itu, kecelakaan kerja sering terjadi di perkebunan sawit. Belum ada alat panen standar sehingga proses pemanenan sawit dilakukan secara tradisional.
"Petani atau karyawan perkebunan harus memanjat pohon sawit yang tinggi untuk memanen tandan buah segar (TBS). Banyak yang jatuh dari pohon sawit, saya lihat sendiri mereka dirawat di salah satu rumah sakit milik PTP yang ada di Tebing Tinggi," kata Soedjai.
Lalu pada tahun 1968 pemerintah dan pengelola perkebunan sawit mulai menggunakan egrek untuk memanen TBS maupun memotong pelepah.
"Setelah pakai egrek, berkuranglah angka kecelakaan kerja. Dan penggunaan egrek sendiri kini telah meluas ke seluruh Indonesia," tegas Soedjai Kartasasmita.







Komentar Via Facebook :