Berita / Nusantara /
Pelita Air Pakai Bahan Bakar dari Minyak Jelantah untuk Penerbangan Jakarta–Bali
Pesawat Pelita Air menggunakan bioavtur untuk rute penerbangan Jakarta-Bali. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co – Sejarah baru sektor aviasi Indonesia tercatat pada Rabu (20/8). Untuk pertama kalinya, penerbangan komersial rute Jakarta–Bali yang dioperasikan Pelita Air menggunakan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO).
Pesawat tersebut lepas landas dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, menandai langkah maju Indonesia dalam mewujudkan energi bersih di sektor penerbangan.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menyebut keberhasilan ini tidak lepas dari keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan baku minyak jelantah.
“Bahan baku SAF berasal dari minyak jelantah yang dikumpulkan masyarakat, mulai dari restoran, rumah tangga, hingga usaha kecil. Dengan begitu, SAF tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat ekonomi sirkular,” jelas Mars, Kamis (21/8).
Langkah Pertamina mendapat apresiasi penuh dari pemerintah. Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno, menegaskan bahwa SAF bukan sekadar inovasi teknis, melainkan instrumen diplomasi energi Indonesia. “Seharusnya kita sebagai negara yang pertama dan satu-satunya di ASEAN yang mampu memproduksi SAF, bisa menjadi pemimpin global. Pertamina Group harus jadi pelopor,” ujarnya.
Senada, Sekjen Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyatakan SAF Pertamina telah mengantongi sertifikasi global seperti Proof of Sustainability (POS) dan ISCC CORSIA, menandai kelas baru bioavtur Indonesia. “SAF bukan hanya soal ketahanan energi, tapi juga swasembada. Produk ini sudah naik kelas dan diakui keberlanjutannya secara global,” katanya.
Sementara itu, Deputi Kemenko Bidang Infrastruktur, Odo R.M. Manuhutu, menekankan pentingnya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem SAF. “Penerbangan berbahan bakar SAF adalah bukti nyata komitmen dekarbonisasi sektor aviasi menuju Net Zero Emission 2050. Indonesia harus menjadi hub SAF di Asia Tenggara,” tegasnya.
Pertamina SAF diproduksi melalui Green Refinery Cilacap dengan teknologi co-processing, memadukan minyak jelantah dan bahan bakar fosil untuk menghasilkan bioavtur. Produk ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 84% dibanding avtur konvensional.
Tak hanya itu, Pertamina juga meluncurkan program UCollect untuk mengoptimalkan pengumpulan minyak jelantah dari sektor rumah tangga, UMKM, hingga HoReCa (hotel, restoran, katering). Model ini diyakini mampu memperkuat rantai pasok sekaligus membuka peluang ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Penerbangan Jakarta–Bali dengan SAF produksi Pertamina menjadi tonggak penting dalam roadmap transisi energi Indonesia. Selain memperkuat kemandirian energi nasional, langkah ini sekaligus mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam pengembangan bioavtur berkelanjutan di kawasan regional.
Dengan keberhasilan penerbangan perdana ini, Pelita Air tercatat sebagai maskapai pertama yang menggunakan SAF Pertamina. Ke depan, pemerintah bersama Pertamina menargetkan pemanfaatan SAF secara lebih luas di penerbangan domestik dan internasional, menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi dan produksi bahan bakar ramah lingkungan untuk dunia.







Komentar Via Facebook :