Pekanbaru, elaeis.co - Sekretaris Komisi V DPRD Riau, Syamsurizal menilai petani kelapa sawit perlu memperhitungkan atau siaga dalam bencana ekonomi. Meski petani memiliki kebun kelapa sawit.

Hal ini diungkapkan Bendahara DPW Samade Riau itu dalam gelaran Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Grand Elite Hotel Pekabaru, Selasa (21/11). Kekhawatiran Syamsurizal ini bukan tanpa alasan, sebab harga kelapa sawit tidak melulu tinggi.

"Harga kelapa sawit itu tidak ada yang menjamin terus tinggi. Untuk itu petani harus siap jika terjadi bencana ekonomi tadi," ujarnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh petani adalah sistem tumpang sari. Dimana dengan sistem ini petani memiliki tambahan penghasilan di kebun kelapa sawitnya.

"Kita belum melihat pemerintah menghadirkan program sebagai solusi alternatif jika terjadi bencana ekonomi khususnya di perkebunan kelapa sawit," ujarnya.

Menurutnya kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang mendukung perekonomian Indonesia. Dimana sebagai penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia.

Kondisi ini menurutnya menjadi kabar gembira bagi petani kelapa sawit. Terlebih saat ini harga CPO sudah berkisar 800 USD/metrik ton.

"Namun sayangnya di perkebunan kelapa sawit, sarana dan prasarana (Sarpras) belum dirasakan maksimal oleh petani. Program sarpras saat ini justru terkendala banyaknya kebun kelapa sawit yang masuk dalam kawasan hutan," bebernya.

"Masih banyak jalan yang rusak apalagi diperparah dengan musim hujan. Untuk itu diharapkan Dana Bagi Hasil (DBH) kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi petani kelapa sawit. Untuk itu kita berharap DBH disalurkan kepada petani kelapa sawit," tutupnya.