https://www.elaeis.co

Berita / Siku Kata /

Astana Herbal Lansekap Magrove Pangkalan Jambi

Astana Herbal Lansekap Magrove Pangkalan Jambi

Yusmar Yusuf (dua dari kiri) saat memberikan pencerahan kepada tim nya di salah satu saung yang ada di kawasan mangrove Pangkalan Jambi Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. Foto: Dok. Prib


Rigor sains terpana ketika kaidah “anything goes” dari Feyerabend bergetar di desa Pangkalan Jambi, Bengkalis, Riau. 

Filsuf “sengal-murtad” dari tradisi Barat ini, mendobrak keangkuhan sains yang menjadi “ayatullah kebenaran”. 

Para mahasiswa didampingi oleh para dosen --- Syafrizal, Risdayati, Teguh Widodo --- beserta pegiat mangrove Pangkalan Jambi, Elfan dan Jefry. Foto: Dok. Pribadi

Sains obyektif, berubah bak zombie ketika menakar kebenaran dari telikung sepihak yang disemangati oleh mekanisme pasar yang mengatur kebenaran dalam transaksi yang menguntungkan Barat. Termasuk ihwal pengobatan, medisin. 

Kenapa alergi dengan akupuntur? Kenapa gamang dan gayang dengan reramuan jamu tradisi? Feyerabend melabrak Barat tempat dia lahir dan tumbuh dalam kerajaan ilmu nan pongah. Dalam hal bangunan, kenapa harus serba geomerik. Apa dosa ilmu Feng Shui

Lansekap ekosistem mangrove di desa Pangkalan Jambi menjadi selasar obat-obatan herbal lokal. Rujukan gagahnya disapa ethno-medico alias perubatan kaum. 

Ethno-medico berakar tunggang pula pada ethno-botani dan segala tumbuhan lokal yang terkepung dalam sangkar spatial terbatas. Inilah ruang kehidupan istana-istana mungil herbal pesisir pantai yang dihidang oleh desa ini. 

Riset Mangrove Estuari yang dilaksanakan oleh KFJD Masyarakat dan Kebudayaan Aquatik, 3-7 Agustus 2023, menukil ihwal sisian pusat herbal dan kampung herbal versi herbal pesisir (coastal)

Ketua KFJD Prof. Dr. Yusmar Yusuf bersama tim yg diketuai Drs. Syafrizal, Msi, didukung para penggoda inklusi sosial Risdayati, Teguh Widodo, Resdati (dosen), Aimoko Silahahi, Bagus, Nahril Hayat dan Muhardy (mahasiswa) melakukan “data shopping” (belanja data) kepada figur-figur yang dikategorikan sebagai “pusat ingatan” (center of memory) Melayu di desa Pangkalan Jambi, untuk membongkar sejumlah info dan narasi produktif tentang sistem pengobatan tradisional yang berbasis pada kekayaan hayati di ruang ekosistem mangrove (Rizhopora apiculata).
 
Riset ini berpangku pada elan “titiwangsa” keilmuan dengan melibatkan mahasiswa yang punya minat khusus pada topik atau tema sejenis untuk kemudian dijadikan sebagai telaah ilmiah (skripsi) tugas akhir kesarjanaan bidang Sosiologi. 

Segi-segi kaidah lokal yang tertumpu pada sumber-sumber hayati difokuskan pada pencegahan, pengobatan dan penyembuhan ala lokal, tanpa melibatkan medis modern. 

Misalnya untuk mencegah demam panas dengan cara memanfaatkan tempurung buah nyirih (Xylocarpus Garantum) sebagai wadah air minum. Diendapkan satu malam. Besok pagi dikonsumsi. 

Begitu juga dengan buah nipah (nipa frutican) bahasa lokal untuk menyebut buah ini adalah buah tematu. Akar kayu debuk, dipancung akarnya untuk diminum airnya. 

Resak (Cotylobium) untuk penyakit diabetes. Begitu juga dengan sejumlah tumbuhan dalam rerangkai eksosistem mangrove, seperti kedabu (buah, daun, kulit dan pulp). 

Kedabu (Magnoliophyta), juga memiliki fadhilat dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Daun dan pohon api-api (Avicennia germinans). Daun jeruju (Acanthus ilicifolius), untuk obat bisul, dan terkena sengat ikan sembilang (biota air lainnya).  

Secara medik-laboratoris, buah, daun dan batang jeruju kaya unsur anti-oksidan, anti bakteri, anti kanker, obat hepatitis, anti cacing. 

Daun tombak langit (Helminthostachys zeylancia), untuk penyakit paru, anti-radang. Sebagian masyarakat Melayu (termasuk Malaysia) dimanfaatkan untuk sayur-mayur. 

Ke depan, lewat riset ini, mabuk-sosial yang sedang berada pada puncak demam gaya-gayaan destinasi wisata tematis kawasan mangrove bisa diminimalisir dalam upaya menekan polusi bunyi, suara dan cahaya dalam kebatan wisata mental “pasar kaget” mental “orgen tunggal”. Namun, bisa diarah ke arahkan ke bentuk  destinasi wisata kampung herbal. 

Tema ini, akan menjadi tajuk yang muai dan produktif-eskalatif di masa depan. Kawasan mangrove tidak dijadikan ajang huruhara segala “perilaku sampah” oleh manusia yang mendatanginya, tetapi disempurnakan sebagai “pusat healing” dalam tema-tema khusus. Terutama yang melibatkan kelompok hobby dan pemuda yang mengusung gaya dan pola hidup sehat. 

Sasaran pasarnya adalah anak-anak sekolah (edukasi), kelompok kreatif yang selalu disapa sebagai “digital nomade” , kaum urban dan ilmuan yang bersetia meniti dan meneliti keunggulan nutfah hayati kawasan pesisir (sumber botani sebagai tanaman obat).

Elpan dan Jefry selaku pengelola kawasan mangrove Pangkalan Jambi, sudah demikian lama bertungkus-lumus memelihara dan membangun kesadaran ekologis, mencita-citakan akal keinsyafan ekologis dalam beragam cara kolaboratif. 

Termasuk dalam moda filantropis dengan pihak ketiga, antara lain Pertamina Kilang Internasional UP II, Sei. Pakning dan pihak BRGM. 

Yusmar Yusuf
Komentar Via Facebook :